Reporter: David Oliver Purba | Editor: Hendra Gunawan
Melemahnya nadi perekonomian di Indonesia setahun terakhir memaksa pelaku industri merevisi rencana bisnis hingga melakukan efisiensi. Bagi perusahaan yang tak sanggup menghadapi kondisi ekonomi yang kian susah, mereka memilih melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sampai menutup perusahaan.
Beragam permasalahan pelaku industri terlihat di beberapa perusahaan di kawasan industri, salah satunya di Kawasan Industri Jababeka, Bekasi. Jika beberapa tahun lalu banyak pelaku usaha datang ke kawasan industri ini untuk mencari lahan untuk membuka pabrik, barangkali saat ini mereka mulai berpikir sebaliknya.
Kondisi beratnya tantangan industri ini terlihat di beberapa pabrik yang disambangi KONTAN di Kawasan Industri Jabebaka. Penghentian produksi tampak di produsen produk peralatan rumah tangga, PT Kirin Dinamika Sentosa. Saat disambangi KONTAN pada Selasa (13/10), tak ada tanda-tanda aktivitas produksi di lokasi pabrik ini.
Bahkan lokasi pabrik terlihat kotor dan terkesan tak terurus. Usut punya usut, pabrik ini ternyata sudah menghentikan produksi dan merelokasinya ke Jakarta. "Kegiatan perusahaan pindah ke Jakarta," kata salah satu petugas keamanan yang enggan sebut nama.
Dampak relokasi pabrik tersebut jelas mendongkrak angka pengangguran. "Terpaksa ada PHK, mau bagaimana lagi," kata dia. Soal jumlah PHK di pabrik tersebut, petugas keamanan itu memperkirakan angka 1000-an orang.
Penurunan geliat industri di Kawasan Industri Jababeka juga menjadi keluh kesah mereka yang hidup dari hasil berdagang atau jual jasa untuk pekerja pabrik. Sebut namanya Ratih, yang setiap hari berjualan minuman di depan pabrik karet dan plastik PT Yasufuku Indonesia. Perempuan setengah baya itu bilang, penurunan aktivitas industri terasa sejak awal tahun 2015. "Sebelumnya banyak buruh yang ramai datang pada saat santap siang ke warung saya, tetapi sekarang sepi. Kebanyakan dari mereka sudah habis kontraknya dan tak diperpanjang lagi," kata Ratih.
Karena sepi dari pengunjung, banyak makanan produksi Ratih terbuang sia-sia. Karena pembeli sudah mulai sepi, Ratih memutuskan untuk menutup jualan makanan dan beralih menjual minuman dan cemilan saja.
Keluh–kesah serupa juga disampaikan oleh Herman, penyedia jasa ojek sepeda motor yang juga ada di Kawasan Industri Jababeka.
Menurut Herman, jika beberapa bulan lalu, dalam sehari Ia bisa mendapatkan pendapatan Rp 100.000, belakangan ini cuma bisa mengantongi Rp 50.000 saja. Adapun sumber penurunan pendapatannya karena turunnya jumlah penumpang. "Dulu jumlah penumpang di sini ramai Bang, tidak seperti sekarang," kata Herman.
PHK bukanlah isapan jempol. Merujuk data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah PHK sampai September 2015 di Kabupaten Bekasi saja sudah mencapai 2.197 orang. Ada beragam alasan PHK, mulai dari tak ada pesanan, efisiensi, penghentian kontrak, pekerja tak bersedia relokasi, sampai dengan penutupan perusahaan karena bisnis tak untung. (Bersambung).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News