Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan, Indonesia harus melakukan program transisi energi dengan memanfaatkan sumber energi bersih dan terbarukan yang ada di dalam negeri yang sangat besar potensinya.
Untuk mengoptimalkan energi bersih tersebut, dibutuhkan jaringan transmisi listrik antar pulau untuk distribusi listrik hijau secara merata.
“Kalau kita bisa membangun infrastruktur yang mendukung menyalurkan semua potensi sumber agar bisa termanfaatkan. Ini mimpi kita di 2060 bisa nggak kita bangun jaringan interkoneksi antar pulau?” ujarnya dalam pembukaan acara EBTKE ConEx di ICE BSD, Rabu (12/7).
Arifin menyatakan sambungan interkoneksi menjadi kunci untuk mengoptimalkan seluruh potensi energi ke pelosok negeri.
Baca Juga: Menteri ESDM: Jika Pertashop Mengandalkan Jual Pertalite, Nanti Pertamax Tak Laku
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi menjelaskan target membangun interkoneksi jaringan listrik yang lebih banyak sebenarnya menyelesaikan persoalan the bottlenecking yang terjadi pada koneksi Sumatera, Jawa, dan Bali.
Sebagai informasi saja, bottleneck merupakan ketidakmampuan suatu unit usaha dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik. Dia memberikan gambaran, bottlenecking ibarat jalanan yang terkadang macet karena kondisi jalanan yang kurang lebar atau masalah lain.
“Kondisi yang hampir sama juga bisa terjadi pada saluran listrik di mana ada batasan kapasitasnya. Nah kapasitas itu bisa diperbesar atau bikin transmisi baru,” jelasnya
Program inilah yang harus dicapai oleh PLN untuk mendukung distribusi listrik yang merata ke seluruh Indonesia.
Evy mengungkapkan, dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk membangun interkoneksi Jawa, Sumatera, hingga Bali.
“Dibutuhkan US$ 2,9 miliar termasuk bangun jaringan dari pusat-pusat yang renewable. Biasanya remote jadi kita punya transmisi bakcbone yang mengoneksikan Jawa Sumatera,” terangnya.
Berdasarkan perhitungan Kontan, investasi yang harus digelontorkan PLN US$ 2,9 miliar setara dengan Rp 43,5 triliun (Kurs Rp 15.000/USD).
Baca Juga: Pengusaha Pertashop Minta Jual Pertalite, Pertamina Kaji Opsi Lain
Evy yakin, kebutuhan investasi tersebut bisa dipenuhi dari sejumlah sumber pendanaan, misalnya saja dari pinjaman perbankan komersial, lembaga internasional dan lokal, serta bank lokal bisa melakukan sindikasi.
Selain itu, potensi pendanaan hijau sudah semakin banyak dan murah ke depannya. Untuk itu, pihaknya juga sedang menjajaki kerja sama dengan lembaga internasional termasuk skema JETP.
“Ini memberikan bantuan US$ 20 milia,r di mana US$ 10 miliar merupakan public financing dan US$ 10 miliar penandaan komersial,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News