kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLN Butuh US$ 152 Miliar untuk Dorong Kelistrikan EBT dan Gas Sampai 2040


Rabu, 06 Maret 2024 / 16:33 WIB
PLN Butuh US$ 152 Miliar untuk Dorong Kelistrikan EBT dan Gas Sampai 2040
ILUSTRASI. Pekerja mengecek tabung yang berisikan hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/11/2023). PT. PLN (Persero) resmi menciptakan 21 unit hidrogen dengan kemampuan produksi hingga 199 ton hidrogen per tahunnya yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan mobil sebagai energi terbarukan. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/tom.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membutuhkan investasi hingga US$ 152 miliar atau setara Rp 2.300 triliun untuk mengejar target penambahan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Gas sebanyak 80 GW sampai 2040 mendatang.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN telah menyelaraskan rencana pengembangan ketenagalistrikan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

"Nah, karena RUKN dengan RUPTL ini akur, bapak ibu ingin mendengar ya barangkali bocorannya seperti apa. Pertama, sampai 2040 penambahan kapasitas pembangkit totalnya sekitar 80 GW (terdiri dari) 75% berbasis pada EBT dan 25% berbasis gas," kata Darmawan dalam Road to PLN Investment Day 2024, Rabu (6/4).

Baca Juga: PLN Sebut Sistem Kuota dalam Beleid PLTS Atap Bakal Atasi Intermitensi

Darmawan menjelaskan, sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 112 Tahun 2022 Tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik dimana penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sudah tidak lagi masuk dalam RUPTL maka PLN akan mengandalkan pembangkit berbasis air, gas dan panas bumi sebagai baseload.

Sayangnya, pengembangan tiga jenis pembangkit ini dihadapkan pada tantangan jarak antara sumber pasokan energi dengan pusat permintaan listrik yang tergolong jauh. Untuk itu, dibutuhkan investasi pada infrastruktur ketenagalistrikan khususnya transmisi agar dapat memenuhi kebutuhan listrik.

"Maka kalau kita melihat seperti itu dengan terpaksa ini akan ada pembangunan transmisi dalam skala yang sangat besar namanya Green Enabling Transmission.

Baca Juga: PLN Gandeng BYD Motor Kembangkan Infrastruktur Home Charging

"Price tagnya dihitung kemarin sekitar US$ 152 miliar sekitar Rp 2.300 triliun antara hari ini sampai 2040," sambung Darmawan.

Darmawan menjelaskan, kebutuhan investasi ini termasuk untuk membangun transmisi dengan total jarak mencapai 47.000 km serta pembangunan smart grid. Kemudian penambahan kapasitas pembangkit sekitar 30 GW untuk air dan panas bumi dan 28 GW untuk angin dan surya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×