Reporter: Yudo Widiyanto | Editor: Rizki Caturini
GARUT. Indonesia Power dan PLN akan melakukan negosiasi ulang untuk penentuan harga uap di PT PLTP Kamojang. Ini terkait berakhirnya kontrak jual uap antara Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada 2012 di PLTP Kamojang satu, dua, dan tiga.
Menurut jadwal, Indonesia Power dan PLN akan melakukan negosiasi ulang untuk kontrak baru yang akan berakhir pada Juli 2011 di Kamojang dua, September di Kamojang tiga dan Desember 2012 pada Kamojang satu. "Salah satu poin utama negosiasi adalah terkait harga uap yang masih tergolong tinggi", tutur General Manager PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang Hananto Yogo.
Menurutnya harga uap saat ini untuk PLTP Kamojang satu sebesar US$ 0,0358 per kilo watt hour (kWh), sedangkan PLTP Kamojang dua dan tiga masing-masing seharga US$ 0,11 per KWH. Adapun Indonesia Power mengharapkan agar harga uap untuk PLTP Kamojang dua dan tiga disesuaikan dengan regulasi maksimal sebesar USD0,097 per kWh.
Namun untuk Kamojang empat dan Lahendong,justru PGE yang meminta agar harga uap dinaikkan karena dinilai terlalu rendah yakni US$ 0,045 dan Lahendong Rp 300 per Kwh. PLN berharap, harga jual uap yang dinegosiasikan bisa menguntungkan kedua-belah pihak. "Harganya kalau bisa dikisaran US$ 5,6 sen hingga US$ 6 sen per kWh," ujarnya.
PLN berkomitmen akan terus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan, khususnya energi panas bumi. Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2010-2019, PLN menargetkan penambahan kapasitas melalui panas bumi sebesar 5.990 megawatt (mw).
Indonesia mempunyai potensi panas bumi sebesar 28.000 mw. PLN akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 5.990 mw atau rata-rata 600 mw per tahun."Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 40 % dari potensi yang ada di seluruh dunia," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News