kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PLN dan SMI teken MoU pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) berbasis SDG


Sabtu, 16 Mei 2020 / 12:47 WIB
PLN dan SMI teken MoU pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) berbasis SDG
ILUSTRASI. PLN teken MoU dengan SMI untuk pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) menandatangani Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dalam kerjasama pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) berbasis platform Sustainable Development Goals (SDG) Indonesia One.

Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly mengungkapkan, kerjasama ini menjadi salah satu langkah sinergi BUMN antara PLN dan SMI untuk merealisasikan target pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.

"Dan PP Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, yaitu tercapainya bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025," kata Sinthya dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Sabtu (16/5).

Baca Juga: S&P revisi outlook menjadi negatif, begini tanggapan PLN

Adapun, penandatanganan MoU ini telah dilakukan secara sirkuler oleh Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dan Direktur Utama SMI Edwin Syahruzad, Kamis (14/5).

Menurut Sinthya, hal ini juga bagian dari partisipasi Indonesia dalam Agenda 2030 yang dicanangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mencapai 17 target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG).

Salah satu targetnya ialah energi yang terjangkau dan bersih (affordable and clean energy), yakni memastikan tersedianya akses ke energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern bagi semua orang pada tahun 2030.

Selain itu, target penurunan gas rumah kaca adalah sebesar 29% pada tahun 2030, dimana sektor energi ditargetkan berkontribusi sebesar 314 juta ton gas karbondioksida (CO2). Dalam upaya tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah membentuk platform “SDG Indonesia One” untuk memobilisasi sumber daya keuangan publik dan swasta melalui skema pembiayaan bersama.

Hal tersebut dilakukan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur yang terkait dengan pencapaian SDG, termasuk proyek pengembangan EBT pada sektor ketenagalistrikan. "Kerjasama ini bagi PLN dan SMI adalah implementasi dari inisiatif strategis kedua perusahaan," imbuhnya.

Sebagai perusahaan setrum plat merah, PLN pada 21 April 2020 baru saja meluncurkan program Transformasi PLN yang salah satunya adalah inisiatif green, yang mana PLN akan mendorong dan mempercepat eksekusi program EBT di Indonesia.

Baca Juga: Direksi PT PLN dirombak, ini nama-nama pejabat yang baru

Di lain pihak, SMI mengimplementasikan platform SDG Indonesia One, yang mencakup empat jenis pilar, yaitu: (i) Fasilitas Pengembangan, (ii) Fasilitas De-Risking, (iii) Fasilitas Pembiayaan, dan (iv) Dana Ekuitas.

Karakteristik skemanya sesuai untuk kebutuhan pengembangan EBT di Indonesia yang selama ini menemui beberapa kendala. Antara lain tingginya risiko eksplorasi dan pengembangan, bankability proyek, skema tarif dan skema pembiayaan proyek.

Oleh karenanya, sinergi PLN dan SMI sangat tepat dilakukan untuk mendorong tercapainya target Pemerintah untuk SDG energi yang terjangkau dan bersih.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2019-2028, rencana penambahan kapasitas pembangkit EBT adalah sebesar 16.765 GW, di antaranya sebesar 3.459 MW akan dilaksanakan oleh PLN. Dari jumlah tersebut, dengan kerjasama PLN dan SMI ini direncanakan akan dibangun pembangkit EBT sebesar 1.403 MW.

Terdiri atas PLTA sebesar 904 MW, PLTP sebesar 360 MW, PLTB sebesar 100 MW, PLTM sebesar 38,2 MW dan PLTS sebesar 1,3 MW. Mayoritas kapasitas (55,5%) pembangkit EBT akan dibangun di wilayah Indonesia Timur (783 MW) yang sangat kaya dengan potensi EBT. Rinciannya, di wilayah Maluku Papua sebesar 111 MW, Nusa Tenggara sebesar 25 MW, Kalimantan sebesar 496 MW dan Sulawesi sebesar 146 MW.

Total nilai pembangunan proyek pembangkit EBT tersebut diperkirakan sebesar US$ 4,29 miliar atau sekitar Rp 64,35 triliun. Sebagai pilot project kerjasama PLN dan SMI, direncanakan terdapat tiga proyek yang akan dieksekusi pada tahun 2020, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.

Selain itu, terdapat pula proyek-proyek EBT lain yang akan dikerjasamakan oleh kedua belah pihak di tahun-tahun yang akan datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×