Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengembangkan olahan sampah untuk campuran bahan bakar energi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara.
Upaya itu dilakukan lewat Program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) yang memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar yang berbentuk Pelet.
Plt. Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN Dwi Suryo Abdullah menerangkan, TOSS sendiri merupakan program unggulan CSR dari PT Indonesia Power, anak usaha PLN. Adapun, Indonesia Power ini merupakan pengelola dari Pembangkit Listrik Tenaga diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran berkapasitas 334 megawatt yang menjadi salah satu pemasok listrik ke Bali.
Melalui program TOSS ini, sambung Dwi, Indonesia Power dan PLTDG Pesanggaran pada tahun 2018 berhasil memperoleh PROPER Emas dari Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.
Dwi menjelaskan, selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor untuk memasak, pelet yang diolah dari sampah tersebut bahkan sudah mulai dimanfaatkan untuk campuran batubara low rank sebagai energi primer pembangkit listrik.
"Selain dimanfaatkan untuk pembangkit di Bali, sejumlah pelet saat ini juga telah dikirim ke PLTU Jerangjang Lombok, sebagai upaya untuk memanfaatkan sampah sebagai campuran batubara pada PLTU," kata Dwi melalui keterangan tertulisnya, Senin (1/7).
Dwi bilang, PLN menargetkan penggunaan pelet untuk campuran batubara di PLTU Jeranjang bisa mencapai 5% dari kebutuhan total batubara PLTU. Menurut Dwi, penggunaan pelet lebih murah dibandingkan batu bara.
Sebagai gambaran, imbuh Dwi, harga batu bara per kg mencapai Rp 700. Sedangkan untuk harga pelet hanya Rp 300 per kg. "Sehingga bisa menurunkan BPP disamping mampu pengatasi permasalahan sampah berapapun volumenya di Kabupaten Klungkung," jelasnya.
Kendati demikian, Dwi mengatakan bahwa saat ini program tersebut masih dalam tahapan uji coba. "Sasarannya tidak hanya sekadar hemat, tujuannya adalah PLN bisa mengatasi permasalahan sampah yang saat ini menjadi masalah utama di masing-masing daerah, dan membuka lapangan kerja," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News