Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Masih rendahnya kinerja para pembangkit swasta alias independent power plant (IPP) dalam mengembangkan proyek mereka membuat PT PLN prihatin. Kini, PLN tengah mengevaluasi kinerja 45 IPP.
Merujuk data PLN, dari sekitar 65 IPP yang bekerjasama sejak 2007, hanya sekitar 40% yang beroperasi dengan baik. Sementara 60% lainnya tidak berjalan optimal, sehingga perlu dievaluasi. Nantinya, hasil evaluasi tersebut akan menentukan kelanjutan kerjasama PLN dengan IPP.
Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN Nasri Sebayang mengemukakan, menurut jadwal, proses evaluasi tersebut harus rampung September mendatang. "Tapi saya yakin sebelum Juni sudah bisa selesai," kata Nasri, Rabu (17/3).
Ada banyak faktor yang membuat kinerja IPP masih buruk. Salah satunya adalah harga pembelian listrik yang tidak memenuhi level keekonomian. Makanya, setelah proses evaluasi beres, bisa jadi PLN bakal melakukan negosiasi ulang terhadap harga pembelian listrik dari pembangkit swasta itu.
Minimnya pasokan listrik dari IPP turut membuat pemenuhan setrum untuk masyarakat terganggu. Situasi ini kian diperparah dengan keterlambatan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 10.000 megawatt.
Akibatnya, rasio pemenuhan listrik (elektrifikasi) PLN rata-rata baru mencapai 63%. Bahkan, rasio elektrifikasi di tiga wilayah, yakni Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua baru sekitar 20%-40%.
Selain keterlambatan proyek 10.000 MW dan IPP, PLN juga belum mampu mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara signifikan. Hingga 2009, konsumsi BBM PLN masih menempati 59% dari total konsumsi bahan bakar seluruh pembangkit. Sejauh ini, konsumsi minyak sebanyak itu belum mampu menghasilkan listrik dalam jumlah yang besar. "Ini tidak efisien," ujar Nasri.
Adapun sumber energi lainnya adalah batubara, gas, dan panas bumi. Makanya, selain mengevaluasi kinerja IPP, PLN gencar mengurangi konsumsi minyak. Salah satu caranya adalah menambah porsi batubara dan gas yang harganya lebih murah.
Sayangnya, aksi ini pun masih terganjal pasokan dari berbagai produsen gas dan batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News