kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PLN Menghapus Beberapa Biaya untuk Sambungan Listrik Baru RSH dan Rusunami


Selasa, 26 Januari 2010 / 10:34 WIB
PLN Menghapus Beberapa Biaya untuk Sambungan Listrik Baru RSH dan Rusunami


Reporter: Fitri Nur Arifenie |

JAKARTA. Ada kabar gembira bagi pengembang rumah sederhana sehat (RSH) dan rumah susun hak milik (Rusunami). Perusahaan setrum plat merah, PT PLN (Persero) bakal menghilangkan beberapa komponen biaya untuk sambungan listrik baru RSH dan Rusunami. Komponen biaya sambungan baru yang akan dihapuskan itu adalah biaya notaris, Sertifikat Layak Operasi (SLO), biaya penilaian dan Jamintek.

Selain itu, PLN berjanji memudahkan layanan untuk sambungan baru. Direktur Utama PLN Dahlan Iskan berharap, pengembang tak perlu kuatir terbebani tingginya biaya sambungan baru yang dapat menghambat mereka menjual RSH dan rusunami

Dahlan memastikan, semua permintaan sambungan baru tersebut akan dilayani terhitung tahun ini. “Keputusan ini diambil oleh PLN lantaran banyak keluhan yang datang kepada PLN. Nama PLN sudah jelek, makanya kita mau perbaiki semua. Selama ini banyak keluhan datang pada kita,” ujar Dahlan, Senin (25/1).

Memang, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Teguh Satria sebelumnya mengatakan, tingginya biaya pemasangan listrik baru ditengarai menjadi penyebab utama rendahnya penyerapan RSH dan Rusunami.

Teguh merinci, untuk pemasangan sambungan listrik dengan beban 900 watt, sejatinya dana yang harus dibayarkan hanya Rp 270.000. Tapi pada kenyataannya, pengembang dibebani biaya berlipat-lipat. Untuk biaya penyambungan mandiri (tanpa subsidi), pengembang harus membayar Rp 750.000, ditambah biaya jaringan dan instalasi sebesar Rp 3.000.000.

Menurut data Kementrian Negara Perumahan Rakyat, kebutuhan total listrik perumahan saat ini masih cukup besar, yakni mencapai 36,28 juta watt. Dari angka itu, kebutuhan listrik rusunawa 11,52 juta watt, RSH sebesar 23,55 juta watt, dan perumahan swadaya 1,22 juta watt.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×