Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PLN Nusantara Power (PLN NP) selaku salah satu subholding pembangkitan PT PLN harus menyiapkan dana US$ 2 miliar atau setara Rp 30,6 triliun (kurs Rp 15.300 per dolar Amerika Serikat) untuk proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT) sampai dengan 2030.
Direktur Keuangan PLN Nusantara Power Dwi Hartono menjelaskan, sampai dengan 2030 pihaknya membutuhkan investasi senilai US$ 2 miliar untuk kebutuhan membangun pembangkit bangun sendiri maupun dengan sistem co-investment.
Dwi menjelaskan, sistem co-investment adalah kerjasama investasi bersama mitra terbatas seperti yang dilakukannya di PLTS Terapung Cirata.
Proyek PLTS Cirata dieksekusi dengan kerjasama antara PLN NP melalui anak usahanya, PLN Nusantara Renewables dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Masdar. PLN Nusantara Renewables memiliki porsi saham mayoritas sebesar 51% sedangkan 49% sisanya dimiliki Masdar.
“Di dalam proyek ini kami berinvestasi bersama-sama dengan non-PLN Group jadi kami inject (dana) kemudian investasi bersama, nanti hasilnya juga dibagi dua,” jelasnya saat ditemui di sela acara PLN Nusantara Power Connect 2023 di Jakarta, Senin (11/9).
Baca Juga: PLN Nusantara Power Siapkan Belanja Modal Rp 5 Triliun di 2024
Nantinya dana US$ 2 miliar hingga 2030 ini akan dipenuhi sebagian dari dana internal, lalu penggalangan dana (fundraising) dengan tetap melalui PLN Group. Sebab PLN NP merupakan sub holding sehingga ada batasan-batasan di mana Perusahaan tidak bisa melakukan utang sendiri, jadi harus melalui holding.
“Tetapi di PLN ke depan sudah banyak mendapatkan green loan atau green bond nanti bisa dimanfaatkan untuk mengganti pembiayaan proyek-proyek ini,” ujarnya.
Dwi mengakui, saat ini pendanaan di sektor energi baru terbarukan cenderung lebih mudah karena preferensi sumber pembiayaan banyak ke arah industri hijau.
Selain itu, pihaknya juga tidak menutup kemungkinan ikut mengelola dan memanfaatkan skema pendanaan hijau yang saat ini banyak masuk ke Indonesia.
Dia menjelaskan, skema kerja sama transisi energi yang adil (Just Energy Transition Partnership/JETP) salah satu yang digadang-gadang menjembatani transisi energi, termasuk di antaranya di energi baru terbarukan.
Baca Juga: PLN Realisasikan Pemanfaatan Biomassa 600.000 Ton Hingga Agustus 2023
“Untuk skema ini tentunya akan dikelola PLN kami ikuti kebijakan di PLN seperti apa untuk bisa memanfaatkan dana dari situ,” terangnya.
Asal tahu saja, sebelumnya Kontan pernah memberitakan, ada wacana PLTU Pacitan akan dipensiunkan dini selayaknya PLTU Pelabuhan Ratu dan PLTU Cirebon 1. Nah, sejatinya PLTU Pacitan ini masuk di bawah pengelolaan PLN Nusantara Power.
“Kalau misalnya PLN Holding mau menetapkan itu (pemenisunan PLTU Pacitan) sebagai proyek yang dimasukkan ke skema (JETP) ya kami ikut saja,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News