kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.471.000   2.000   0,14%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

PLN Sebut Sejumlah Peluang dan Tantangan Ekspor Listrik Hijau ke Negara Tetangga


Minggu, 04 Juni 2023 / 10:38 WIB
PLN Sebut Sejumlah Peluang dan Tantangan Ekspor Listrik Hijau ke Negara Tetangga
ILUSTRASI. Petugas PLN Jayapura menata peralatan setelah memperbaiki listrik di sepanjang ruas jalan pantai Hamadi, Kota Jayapura, Papua, Kamis (7/1/2021). ANTARA FOTO/Indrayadi TH


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan aksi jual-beli listrik hijau antar negara menjadi perbincangan hangat setelah Singapura menyatakan minat mengimpor listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) dari Indonesia. 

Dalam menjalankan penjualan listrik ke luar negeri ini menurut PT PLN ada sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan dan tantangan yang harus dihadapi Indonesia. 

Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi menjelaskan ekspor listrik memiliki aturan-aturan khusus, salah satunya ekspor dibatasi 5 tahun dan  pihak yang bisa melakukannya hanya satu utilitas listrik terintegrasi dalam hal ini PLN. 

“Kabelnya itu terbatas, satu kabel mungkin hanya bisa 3 GW. Jadi kalau kita ingin 1.000 MW (listrik) sekian diserap artinya berapa kabel yang harus dibuat ke negara tetangga,” jelasnya belum lama ini.

Baca Juga: Potensi Energi Baru Terbarukan yang Tersimpan di Papua Lebih dari 300 GW

Sebagai informasi saja, melansir laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2013, beredar wacana pemerintah akan mengekspor listrik ke Malaysia sebesar 1.000 MW dari pembangkit mulut tambang 2x1.000 MW di Provinsi Riau yang diharapkan beroperasi pada 2018-2019. 

Namun hingga kini, rencana ekspor listrik ke Malaysia belum terealisasi. 

Adapun belakangan ini Pemerintah Indonesia juga berencana mengekspor listrik hijau ke Singapura. 

Evy menjelaskan, saat ini sejumlah pihak, salah satunya Singapura berniat mengimpor energi bersih lebih banyak untuk memenuhi perdagangan karbon (carbon trading) atau jual beli kredit karbon. 

“Sedangkan kita sendiri (Indonesia) masih punya target untuk memenuhi carbon trading internal kita,” ujarnya. 

Untuk memenuhi kebutuhan carbon trading tersebut, Singapura yang tidak punya solusi listrik hijau murah, akhirnya berniat mengimpor listrik dari Indonesia. 

Evy menilai sumber energi hijau yang melimpah di Indonesia menjadi peluang tersendiri  untuk bisa lebih kompetitif dari Singapura. 

“Ini menjadi kesempatan untuk kita punya nilai lebih kompetitif dari Singapura. Amazon dan Microsoft siap-siap membeli dari Singapura karena dunia mempunyai target harus green. Tapi Singapura tidak punya solusi hijau itu,” terangnya. 

Baca Juga: Pengembangan Super Grid Penting untuk EBT, Apa Itu?

Melihat energi hijau yang prospektif di Indonesia, Evy melihat ke depannya akan masuk banyak sekali bisnis data center ke Jakarta dan wilayah lainnya. 

Adanya peluang tersebut, Evy menegaskan, ekspor listrik hijau memerlukan kebijakan yang sesuai untuk memfasilitasi kemandirian energi Tanah Air. 

“Jadi lebih baik jual dalam negeri, ngapain ekspor?” tandas Evy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×