Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Dibatalkannya penyertaan modal negara (PMN) tidak membuat PT Kertas Leces kecil hati. Perusahaan pelat merah yang saat ini sedang terseok-seok membangun kembali bisnisnya ini mengaku sudah menemukan strategi untuk menarik pendanaan dari swasta.
Budi Kusmarwoto, Direktur Utama Kertas Leces mengatakan, skema jalan keluar sudah disiapkan agar perusahaan ini bisa kembali beroperasi secara normal. "Sebagian sudah berjalan. Restrukturisasi bisnis juga sedang disiapkan," katanya, Rabu (29/5).
Seperti diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2013 pada 8 Mei 2013. Melalui PP ini pemerintah membatalkan penambahan PNM ke Kertas Leces yang nilainya mencapai Rp 25 miliar.
Menanggapi aturan itu, secara tegas Budi mengatakan," Tidak butuh PMN!," katanya.
Untuk menggenjot pendapatan, PT Kertas Leces ke depan akan melakukan transformasi bisnis dengan membuat kertas mulia. Kertas dengan margin tinggi itu diharapkan mampu menghidupi perusahaan yang saat ini memiliki 1.800 karyawan tersebut.
Dengan kapasitas produksi kertas yang sangat kecil yakni 180.000 ton per tahun, Budi mengaku, produk konvensional berupa kertas budaya dan kertas lain dengan margin 10%-15% tidak bisa menghidupi perusahaan. "Terbukti dari kinerja keuangan sejak 2005 yang terus merugi sampai 2012," katanya.
Dengan sejumlah strategi tersebut, Budi yakin, nasib Kertas Leces tidak akan seperti PT Kertas Padalarang dan perusahaan tekstil pelat merah PT Primissima yang dijual kepemilikan sahamnya oleh pemerintah.
"Leces tidak akan dijual karena punya prospek yang bagus terkait dengan kertas mulia," katanya.
Produksi kertas mulia selain bisa membangkitkan bisnis Kertas Leces, juga akan meningkatkan ekonomi masyarakat di pulau terluar dan wilayah tertinggal. Menurut Budi, produksi kertas mulia butuh bahan baku serat yang biasanya tumbuh di pulau-pulau terluar Indonesia dan kawasan tertinggal.
Sebab, serat kertas mulia tumbuh di daerah dengan 80% hari hujan atau 280-290 hari hujan dalam satu tahun. Daerah itu terletak di pulau terluar dan wilayah tertinggal Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News