Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
PONTIANAK. Beberapa tahun terakhir, pasokan rumah untuk masyarakat kalangan menengah di Pontianak, Kalimantan Barat, mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sebaliknya, pada saat yang sama, pembeli rumah menengah justru tidak sebanyak pasokan yang ada.
Akibatnya, banyak rumah-rumah menengah yang tidak terisi. Wakil Ketua DPD Realestat Indonesia Kalimantan Barat, Muhammad Isnaini mengatakan banyaknya rumah terbangun, karena jumlah pengembang lokal kian bertambah, dan mereka sangat produktif.
"Perumahan dengan kisaran harga Rp 200 juta hingga Rp 1 miliar sudah oversupply. Tiga tahun terakhir, masyarakat melihat sektor dan bisnis perumahan menguntungkan," ujar Isnaini di Hotel Mercure, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (21/3).
Isnaini menjelaskan, sejak 2012, pengembang baru mulai bermunculan. Mereka membangun klaster kecil-kecil di dalam gang. Jumlah rumah yang dibangun tidak seberapa, yaitu berkisar 4-6 unit saja. Pengembang perseorangan ini, kata dia, tidak tergabung ke dalam REI.
Meski begitu, jumlah anggota REI Kalbar sendiri terus mengalami pertumbuhan. Jika pada pertengahan 2013, anggota DPD REI Kalbar hanya berkisar 80 orang, sementara saat ini sudah mencapai 140 orang.
Isnaini menambahkan, dampak pertumbuhan pasokan ini adalah penurunan penjualan properti.
"Mereka (pengembang REI) mengeluh pada awal 2015, penurunan penjualan properti mencapai 40 persen. Penurunan ini mulai terlihat sejak 2014," jelas Isnaini.
Kondisi tersebut, menurut Isnaini, memaksa para pengembang untuk mulai mengerem pembangunan proyek-proyek baru. Mereka fokus pada penjualan dan menghabiskan stok sebelum membangun rumah-rumah baru.
Sementara itu, untuk pasar rumah mewah dengan harga Rp 1 miliar ke atas, tidak terlalu besar. Di Pontianak, penjualan properti rumah mewah hanya sekitar 10%. Oleh sebab itu, pengembang lokal jarang memasok rumah mewah meski permintaannya ada.
Pengembang lokal yang membangun rumah mewah hanyalah PT Sang Pengembang dan Mass Land. Selain itu, perusahaan raksasa Ciputra Group juga ikut andil dengan menjual rumah seharga Rp 1,2 miliar hingga Rp 3 miliar.
Ada pun pasar untuk rumah kelas masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau rumah dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR-FLPP), Isnaini menyebutkan, masih akan tumbuh sekitar 10-12% per tahun.
"Anggota REI sendiri rencananya membangun rumah 4.500 unit pada 2015. Tahun lalu, rumah FLPP yang terbangun sekitar 3.800," tandas Isnaini. (Arimbi Ramadhiani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News