kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.912.000   -20.000   -1,04%
  • USD/IDR 16.449   158,00   0,95%
  • IDX 6.777   10,34   0,15%
  • KOMPAS100 979   0,45   0,05%
  • LQ45 760   -1,12   -0,15%
  • ISSI 215   0,34   0,16%
  • IDX30 395   -0,34   -0,09%
  • IDXHIDIV20 472   0,28   0,06%
  • IDX80 111   -0,18   -0,16%
  • IDXV30 115   -0,70   -0,60%
  • IDXQ30 129   -0,12   -0,09%

Potensi capai Rp 3.000 T, Teten Masduki dukung Minaqu garap pasar tanaman hias


Rabu, 20 Oktober 2021 / 19:03 WIB
Potensi capai Rp 3.000 T, Teten Masduki dukung Minaqu garap pasar tanaman hias
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengunjungi budi daya tanaman hias oleh Minaqu Indonesia di Bogor, Selasa, 19 Oktober 2021.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, mengatakan tanaman hias memiliki potensi besar dikembangkan di Indonesia. Pasalnya, global market value atau potensi pasar tanaman hias di dunia mencapai nilai Rp 3.000 triliun, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh. Namun, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,01%.

Oleh karenanya, Teten mengapresiasi langkah yang dilakukan Minaqu Indonesia sebagai offtaker produk tanaman hias yang telah menggandeng sekitar 1.000 petani di Jawa Barat dan telah bermitra dengan 4 koperasi.

Guna memaksimalkan potensi tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM melakukan penandatanganan MoU antara Minaqu Home Nature (Minaqu Indonesia) dengan Koperasi Agro Tora Wajasakti (Sukabumi), Selasa (19/10).

Baca Juga: Terobosan baru, BNI melirik UKM tanaman hias mendapatkan KUR

"Para petani, harus dikonsolidasi, jangan biarkan mereka hanya menggarap di lahan yang sempit. Lebih baik terkonsolidasi melalui koperasi," kata Teten dalam keterangan resmi, Rabu (20/10).

Dengan adanya koperasi, maka para petani dapat fokus untuk berproduksi di lahan yang juga dikonsolidasikan menjadi skala ekonomi. Adapun yang berperan menjadi offtaker pertama adalah koperasi sebagai agregator, melakukan pengolahan hasil panen, dan berhadapan dengan pembeli sehingga harga tidak dipermainkan buyer.

"Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum juga dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Mulai dari akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dan kerja sama dengan Perguruan Tinggi untuk teknologi tepat guna, sampai pada hilirisasi produk (pemasaran) baik secara offline dan online," jelasnya.

Teten menjelaskan, apa yang dilakukan Minaqu telah mencerminkan terjadinya proses inclusive close loop, di mana telah tercipta sebuah ekosistem terintegrasi dari hulu hingga hilir.

"Minaqu tidak hanya bertindak sebagai offtaker dari hasil produksi petani, namun juga memberikan pendampingan mulai dari pembibitan, proses produksi, hingga pemasarannya untuk pasar ekspor," tutur Teten.

Mengingat masih sangat besarnya peluang permintaan tanaman hias dari mitra luar negeri yang telah bekerja sama dengan Minaqu, Teten berharap koperasi-koperasi lainnya yang telah mengonsolidasikan lahan anggotanya, juga dapat memanfaatkan peluang ini dan menjalin kemitraan.



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×