Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Para pengembang masih mengincar wilayah di satelit barat Jakarta sebagai area pembangunan proyek propertinya. Tentu, bukan tanpa alasan kawasan barat Jakarta menarik minat para pengembang.
Menurut Wahyu Sulistio, Direktur Metropolitan Land, wilayah satelit Jakarta Barat banyak diincar pengembang besar karena lebih maju pengembangan infrastruktur dan beragam fasilitas dibandingkan wilayah satelit Jakarta lainnya.
Salah satu hal yang menjadi pemicu ketertarikan pengembang properti masuk di kawasan barat Jakarta adalah maraknya pembangunan jalan tol dari Jakarta hingga ke kawasan di daerah satelitnya, seperti Tangerang Selatan hingga ke pusat kota Tangerang.
"Pada 15 tahun–20 tahun ke depan, pengembangan properti masih diarahkan ke sebelah barat Jakarta. Ini karena lahan yang dimiliki pengembang masih tersedia," kata Wahyu kepada Tabloid KONTAN.
Nah, bagi Anda yang berminat memiliki rumah hunian di kawasan barat Jakarta, berikut ini KONTAN telah merangkum sejumlah pengembang properti yang memiliki proyek rumah tapak di wilayah barat Jakarta dan sekitarnya.
Summarecon Agung
Perusahaan properti yang berdiri pada 1975 ini melihat wilayah Serpong, Tangerang sebagai salah satu kota satelit di sebelah barat Jakarta yang memiliki prospek cerah untuk bisnis landed house alias rumah tapak. Dus, Summarecon Agung tergiur untuk terjun dalam kancah perebutan pangsa pasar rumah tapak di kawasan ini.
Salah satu konsep hunian yang dikembangkan oleh emiten properti dengan kode saham SMRA ini diberi nama Scientia Garden. Kawasan hunian dengan luas 200 hektare ini dirancang sebagai kawasan terpadu dengan konsep smart and green environment. Kawasan ini dikembangkan Summarecon Serpong pada 2008. Di Scientia Garden ada 10 kluster perumahan, enam komplek komersial, apartemen, perguruan tinggi, dan area komersial lainnya.
Salah satu kluster perumahan yang dibangun Summarecon di kawasan ini ialah Cluster Tesla. Di kluster ini, total rumah yang dijual ada 409 unit. Perumahan yang diluncurkan Summarecon pada Mei 2016 ini dipasarkan dalam 2 tipe rumah standar dengan ukuran luas bangunan dan luas tanah (LB/LT) 62/66 dan 73/77.
Rumah dua lantai ini dilengkapi dengan tiga kamar tidur. "Rumah di Cluster Tesla sudah sold out semua," ungkap Adrianto Adhi, Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk kepada Tabloid KONTAN.
Adrianto menambahkan, harga rumah tapak di kluster Tesla dibanderol berkisar Rp 1,1 miliar hingga Rp 1,5 miliar. Saat ini, kata dia, Summarecon masih memasarkan unit rumah untuk Cluster Thomson yang juga berada di area Scientia Garden.
Adapun, kluster perumahan yang diluncurkan pada Juli tahun lalu itu menjual rumah tapak dengan tiga tipe, yakni 66/62, 77/73, dan 84/77. Rumah mungil ini dilego dengan banderol mulai dari Rp 1,2 miliar sampai Rp 1,5 miliar per unit.
Adrianto bilang, Summarecon tidak hanya membangun rumah tapak, tapi juga mengembangkan township, yaitu sebuah kawasan yang di dalamnya ada perumahan landed house, apartemen dan komersial (mal dan perkantoran). "Jadi konsep properti yang kami bangun layaknya sebuah kota," imbuh dia.
Pada tahun ini, lanjut dia, pihaknya memfokuskan bisnisnya kepada end user ketimbang investor. Sebab, secara umum bisnis properti saat ini belum sepenuhnya pulih. Sudah begitu, kondisi politik di dalam negeri juga belum stabil.
Kondisi ini memengaruhi perilaku investor. "Harapan kami kondisi politik juga berlangsung membaik. Kami optimistis, ekonomi dalam negeri juga akan berangsur membaik," kata Adrianto.
Sekadar catatan, di sepanjang kuartal pertama tahun 2017, Summarecon Agung mencatatkan kenaikan penjualan dan laba. Perusahaan yang didirikan konglomerat Soetjipto Nagaria ini berhasil membukukan pendapatan penjualan bersih sebesar Rp 1,23 triliun pada kuartal I 2017 atau tumbuh 17,5% dibandingkan periode yang sama di 2016 senilai Rp 1,04 triliun.
Ciputra Group
Perusahaan milik begawan properti Ciputra ini juga membidik kawasan sebelah barat Jakarta sebagai area pengembangan bisnis propertinya.
Boleh dibilang, naluri bisnis sang pendiri Grup Ciputra memang tajam. Menjelang beroperasinya bandara internasional Soekarno-Hatta di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat pada 1985, Grup Ciputra telah menyiapkan land bank alias lahan kosong untuk dibangun kawasan perumahan.
Alhasil, setahun sebelum beroperasinya bandara Soekarno–Hatta, grup Ciputra telah meluncurkan proyek perumahan bernama Citra Garden City pada 1984 di Cengkareng.
Sebagai kota mandiri yang terintegrasi, kawasan perumahan Citra Garden City menempati area lahan dengan total luas 450,9 hektare. Di area ini, Grup Ciputra telah membangun lebih 10.000 unit rumah dengan tingkat hunian mencapai 90%.
Tulus Santoso, Direktur PT Ciputra Development Tbk mengatakan, dari total lahan 450,9 hektare tadi, masih ada sisa sekitar 50 hektare yang masih dikembangkan grup Ciputra untuk rumah tapak.
"Nantinya ada sekitar 3.000 unit rumah di lahan 50 hektare. Untuk tipe rumahnya, luas tanah terkecil 90 meter persegi (m²) dengan harga di atas Rp 2 miliar per unit. Pasarnya kalangan menengah atas," kata Tulus pada Tabloid KONTAN.
Selain di wilayah Cengkareng, grup Ciputra juga terus menyisir daerah satelit Jakarta Barat untuk ekspansi usahanya. Contohnya di daerah Cikupa, Tangerang. Di sini, Grup Ciputra membangun kawasan perumahan Citra Raya Tangerang.
Citra Raya merupakan pengembangan kota terpadu terbesar oleh Grup Ciputra, dengan luas pengembangan sebesar 2.760 hektare. Perumahan ini mulai berdiri pada 1994 dan telah mengalami pertumbuhan pesat.
Kini, di Citra Raya Tangerang telah berdiri lebih dari 42 kluster perumahan dengan produk beragam dari mulai rumah sederhana sampai dengan rumah mewah, ada 1.800 unit ruko dan area komersial dengan jumlah penduduk yang kini melebihi 60.000 kepala keluarga. Kondisi ini menjadikan Citra Raya sebagai salah satu primadona perumahan di Tangerang.
"Saat ini perumahan yang sudah dikembangkan di Citra Raya sekitar 500 hektare," imbuh Tulus.
Bergeser sedikit ke arah barat Tangerang, Grup Ciputra mengembangkan kawasan perumahan berkonsep township. Berada di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten, Grup Ciputra membangun proyek perumahan bernama Citra Maja Raya. Perumahan ini dikembangkan PT Ciputra Residence, anak usaha grup Ciputra.
Menurut Tulus, di kawasan Maja, perusahannya mengembangan perumahan dengan total luas lahan sekitar 1.200 hektare. Di lahan ini, Grup Ciputra membangun perumahan dengan dua tipe, yakni Rumah Sederhana (RS) dan rumah Real Estate (RE).
Tipe RS merupakan rumah cluster dengan 3 tipe ukuran, yaitu 22/60, Tipe 27/72 dan 36/72. Sedangkan tipe RE merupakan rumah kluster dengan 3 tipe ukuran, yaitu tipe 27/72, tipe 36/84 dan tipe 42/96.
Citra Maja Raya dipasarkan sejak Desember 2014 lalu dengan menjual rumah dengan harga mulai Rp 119 juta per unit untuk tipe RS dan Rp 241 juta per unit untuk tipe RE. Harga yang terjangkau itu habis terjual lebih dari 5.800 unit (10 kluster) hanya dalam waktu 9 hari sejak dirilis.
Tulus mengklaim, Citra Maja Raya begitu diminati konsumen karena ditopang sejumlah faktor. Antara lain, karena nama besar pengembang yang sukses di bisnis properti, harga jual terjangkau dan berdekatan dengan akses jalan tol serta transportasi umum. Contohnya, sejak April 2017 ini telah ada kereta rel listrik (KRL) dari Maja menuju Rangkasbitung.
Metropolitan Land
Perusahaan properti yang juga menggenjot penjualan rumah tapak di kota satelit barat Jakarta adalah PT Metropolitan Land Tbk. Melalui anak usahanya, PT Metropolitan Permata Development, pada akhir tahun lalu, emiten properti dengan kode saham MTLA (Metland) ini menggandeng anak perusahaan properti asal Singapura, Keppel Land, untuk meluncurkan proyek hunian tapak di Cipondoh, Tangerang pada kuartal III 2017.
Sebelumnya, di wilayah Jakarta Barat, Keppel Land telah mengembangkan West Vista dan pembangunan residensial lainnya di kawasan Daan Mogot yang menghasilkan total lebih dari 7.000 unit.
Kedua perusahaan menyepakati kerja sama operasional (joint operation) untuk proyek perumahan senilai hampir Rp 1 triliun ini dengan pembagian saham 50:50. Proyek perumahan hasil kerjasama ini berada di Jalan KH. Ahmad Dahlan, Cipondoh, Tangerang, Banten.
Wahyu Sulistio, Direktur PT Metropolitan Land Tbk mengatakan, dalam proyek rumah tapak ini pihaknya menyasar segmen menengah dan menengah atas di kawasan perbatasan Jakarta Barat dengan Tangerang, Banten.
"Total lahannya sekitar 12 hektare. Harga unitnya kami perkirakan sekitar Rp 13 juta per m²," kata Wahyu kepada Tabloid KONTAN.
Wahyu bilang, Metland menargetkan konsumen proyek rumah tapak di Cipondoh adalah para end user atau masyarakat yang membeli untuk dihuni dan bukan untuk tujuan investasi. "Portofolio pembeli kami lebih banyak end user daripada investor. Permintaan end user untuk rumah segmen menengah masih tinggi," imbuh dia.
Proyek Metland di kawasan Cipondoh ini meliputi pembangunan sebanyak 450 unit rumah tapak. Proyek yang berlokasi satu hamparan dengan kawasan Metland Puri ini ditargetkan selesai kurang dari tiga tahun. Dengan ada pembangunan hunian baru ini, Metland berharap value Metland Puri dan sekitar Cipondoh akan naik.
Metland Puri merupakan proyek residensial dengan properti komersial dalam bentuk rumah toko berlokasi dekat dengan Metland Cyber City. Metland Puri menempati lahan seluas 61 hektare.
Metland Puri awalnya bernama Puri Metropolitan yang diluncurkan pada 1996 dengan harga Rp 300 juta untuk ukuran terkecil. Kini, satu unit rumah tapak di Metland Puri dengan luas tanah ukuran 105 meter persegi hingga 238 meter persegi dibanderol dari Rp 1,4 miliar hingga Rp 2,9 miliar.
BSD City
Salah satu kota mandiri yang kesohor di bilangan Serpong, Tangerang Selatan, Banten ini dibangun oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSD City), anak usaha Sinarmas Group. Kawasan terpadu ini diresmikan pada 16 Januari 1984.
BSD City merupakan salah satu kota satelit dari Jakarta yang pada awalnya ditujukan untuk menjadi kota mandiri, di mana semua fasilitas disediakan, termasuk kawasan industri, perkantoran, perdagangan, pendidikan, wisata, dan perumahan.
BSD City merupakan proyek kota terencana dengan total luas lahan terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 6.000 hektare. Dalam total luas lahan yang maha luas ini, BSD City membagi tiga tahap pembangunan dari total luas lahan yang direncanakan.
Tahap awal seluas 1.300 hektare. Tahap kedua dikembangkan 2.400 hektare dan sisanya seluas 2.300 hektare. Saat ini jumlah penghuni di BSD City mencapai 32.000 jiwa.
BSD City memiliki beberapa pusat perbelanjaan seperti BSD Plaza, ITC BSD, BSD Junction, Giant BSD, AEON Mall dan Teraskota. BSD City akan dihubungkan dengan 5 pintu tol, dua diantaranya sudah dibuka sejak tahun 1999, yakni Jalan Tol Jakarta–Tangerang dan Jalan Tol Bintaro Serpong.
BSD City terus membangun rumah tapak di kawasan ini. Yang terbaru adalah Alegria Park BSD City, kluster perumahan terbaru tahun 2017 yang berlokasi di kawasan timur BSD. Alegria Park di bangun diatas lahan seluas 3,3 hektare dengan total rumah sebanyak 184 unit. Setiap unit rumah di Alegria Park memiliki 2 lantai.
Alegria Park berada di kawasan yang strategis untuk masa depan penghuninya karena berada di pinggir jalan utama BSD, yakni di Jalan Letnan Sutopo. Ada beragam tipe rumah Alegria Park yang dipasarkan BSD City, mulai dari luas tanah 72 m² hingga 105 m². Harganya dibanderol mulai dari Rp 1,1 miliar per unit.
Ishak Chandra, CEO Strategic Development and Services Sinar Mas Land mengungkapkan, sesuai konsepnya, Alegria Park menawarkan suasana kebahagiaan bagi para penghuninya.
“Dengan desain yang simple tapi elegan, Alegria Park dilengkapi fasilitas terbaik, akses mudah, dan harga terjangkau membuat kluster ini semakin meyakinkan untuk dijadikan tempat tinggal,” kata Ishak dalam keterangan resminya saat peluncuran kluster Alegria Park, Februari lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News