Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - PT Pamerindo Indonesia (Pamerindo) menyelenggarakan pameran bertajuk Plastics & Rubber Indonesia (PRI) 2022 bertema “The Future of Plastic Sector in Indonesia” di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada 16–19 November 2022. Event Director Pamerindo Lia Indriasari menjelaskan, PRI 2022 mengedepankan inovasi sektor plastik dan karet guna menjawab isu keberlanjutan dan perubahan iklim.
“Terdapat 377 peserta pameran dari berbagai daerah dan negara yang turut berpartisipasi dalam pameran ini, dengan target lebih dari 8.000 pengunjung,” ujar Lia.
Meskipun diproyeksi tumbuh tahun depan, industri plastik dan karet tetap memiliki tantangan untuk menerapkan keberlanjutan di banyak sektor industri. Untuk itu, Pamerindo menyelenggarakan pameran sebagai ajakan kepada pelaku industri untuk menerapkan ekonomi sirkular.
Di masa depan, penerapan ekonomi sirkular diprediksi mampu meningkatkan produk domestik bruto (PDB) senilai 2,5%. Untuk mencapai angka tersebut, Pamerindo berkolaborasi bersama Indonesian Plastics Recyclers (IPR) dengan menghadirkan pelaku industri yang pola bisnisnya menerapkan model ekonomi sirkular.
Chairman Indonesia Plastics Recyclers (IPR) Ahmad Nuzuluddin mengatakan, IPR terus menjalin kolaborasi bersama industri lain dengan ekosistem daur ulang plastik sebagai solusi keberlanjutan. “Kami mendukung industri yang telah menerapkan program keberlanjutan untuk berkolaborasi meningkatkan implementasi ekonomi sirkular,” jelas Ahmad.
Kembangkan pasar
Ahmad tidak menampik ekonomi sirkular memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, kemampuan industri menerapkan ekonomi sirkular belum sepadan dengan harga barang yang cukup tinggi.
Menurutnya, tingginya harga barang disebabkan panjangnya rantai nilai pengolahan limbah pada industri plastik dan karet. Tingginya harga tersebut menjadi tantangan pelaku industri menciptakan pasar yang lebih spesifik agar ekonomi sirkular berperan untuk ekonomi negara.
Ahmad melanjutkan, dari ratusan juta ton limbah di Indonesia, baru sekitar 23% yang bisa didaur ulang. Lewat gelaran PRI yang ke-33 ini, ia berharap ada teknologi dan produk baru untuk menjawab masalah keberlanjutan dan ekonomi sirkular, sehingga limbah yang didaur ulang bisa lebih banyak.
“Kalau pasar itu tidak terserap, harganya tidak akan bagus karena tidak ada demand tapi supply-nya masuk jutaan ton tiap tahun,” sambung Ahmad.
Pada kesempatan yang sama, Chairman Indonesia Plastics Recyclers (IPR), Henky Wibawa berharap pelaku industri bisa mendapat insight (masukan) dan market (pasar) yang lebih luas dari pameran ini. Agar mendapat pembeli, Henky berpendapat industri daur ulang harus mampu menjelaskan proses dan manfaat produk limbah.
“Saya harus jelaskan bahwa kemasan (plastik dan karet) bukan hanya bicara mengenai pencemaran karbon, tanah atau limbah. Tapi kemasannya sendiri harus berfungsi untuk melindungi produk yang dikemas makanan ataupun yang non-makanan,” kata Henky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













