kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi batubara di 2021 bakal lebih dari target?Ini kata pemerintah


Selasa, 19 Januari 2021 / 10:32 WIB
Produksi batubara di 2021 bakal lebih dari target?Ini kata pemerintah
ILUSTRASI. Produksi batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tidak sesignifikan seperti tahun-tahun sebelumnya, namun realisasi produksi batubara pada tahun 2020 kembali melebihi target. Tahun lalu realisasi produksi batubara nasional tercatat 561 juta ton, atau 102% dari target sebesar 550 juta ton.

Bandingkan saja, pada tahun 2018, saat itu target produksi ditetapkan 485 juta ton, namun realisasinya meroket di angka 558 juta ton. Hal yang sama juga terjadi di 2019, di mana target awal ditetapkan 489 juta ton, namun realisasinya meleset hingga 616 juta ton.

Nah, untuk tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target yang konservatif, yakni tetap 550 juta ton. Dengan pemulihan pasar dan harga batubara sejak akhir tahun lalu, bukan tak mungkin realisasi produksi tahun ini kembali melebihi target.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin menyampaikan, meski harga batubara sedang dalam tren kenaikan, namun pihaknya tetap melakukan pengendalian produksi sesuai target.

Baca Juga: Indo Tambangraya (ITMG) ramal pasar ekspor batubara bakal membaik di tahun 2021

Dia menyebut, pengendalian produksi justru penting untuk tetap menjaga tingkat harga agar tidak anjlok karena kelebihan pasokan (oversupply).

"Harga batubara sedang bagus, namun kita ingin agar harga ini tetap bagus. Sehingga pasokan batubara yang kita sediakan jangan sampai berlebihan, agar terjaga harganya. Untuk saat ini pemerintah sudah menetapkan rencana produksi," ujar Ridwan dalam konferensi pers tahunan Ditjen Minerba yang digelar secara daring, akhir pekan lalu.

Namun, dia mengatakan bahwa peluang untuk melakukan penyesuaian produksi tetap terbuka jika hal itu bisa menguntungkan pelaku usaha dan negara. Ridwan menjanjikan, jika ada penyesuaian rencana produksi, kebijakan itu dilakukan sesuai dengan regulasi dan melalui perhitungan yang cermat.

"Jika terjadi dinamika dalam perjalanannya yang sekiranya akan menguntungkan bagi badan usaha dan negara, kita terbuka untuk melakukan penyesuaian," sebut Ridwan.

Sebagai informasi, rerata harga batubara yang tercermin dalam Harga Batubara Acuan (HBA) pada tahun 2020 tercatat sebesar US$ 58,17 per ton. Angka itu menjadi yang terendah sejak tahun 2015.

Meski begitu, HBA mulai merangkak naik sejak akhir tahun 2020. Pada tahun 2021, HBA dibuka dengan tren positif menjadi US$ 75,84 per ton atau naik 27,14% dibandingkan HBA bulan sebelumnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia sebelumnya menyampaikan bahwa prospek permintaan batubara pada 2021 diperkirakan lebih cerah dibandingkan tahun 2020.

Merujuk laporan dari Badan Energi Internasional (IEA), pulihnya kembali ekonomi global pada 2021 diperkirakan bakal mendorong rebound jangka pendek bagi permintaan batubara setelah pada tahun lalu permintaan menurun akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Saham Grup Bakrie kompak menguat, bagaimana rekomendasinya?

Jika ke depannya tren pasar dan harga batubara semakin membaik, sambung Hendra, tidak menutup kemungkinan perusahaan akan meningkatkan produksinya. Hal itu dimungkinkan melalui revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sesuai dengan Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2020.

Dari sisi produksi, pada tahun 2020 lalu realisasinya sedikit melebihi target yang ditetapkan pemerintah. Dengan banyak pasar baru yang berkembang, imbuh Hendra, tidak menutup kemungkinan produksi tahun ini akan lebih tinggi dari 2020.

Namun, bagaimana perkembangan harga dan pasar ke depan sangat menentukan. "Kondisi pasar dan harga menjadi pertimbangan, masih sangat dinamis," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Selasa (5/1) lalu.

Menurutnya, penetapan target produksi 550 juta ton oleh Kementerian ESDM pada tahun ini lebih bertujuan agar tingkat produksi bisa lebih dikendalikan untuk mengurangi kelebihan pasokan.

Di sisi lain, Hendra juga mengingatkan, meski tren dalam tiga bulan terakhir harga batubara merangkak naik, tetapi belum bisa dipastikan tren ini akan terus berlanjut pada 2021. Apalagi, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih membayangi dunia.

"Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap harga juga masih sangat dinamis. Sebelum pandemi, memang biasanya permintaan batubara menguat di musim dingin, kuartal-IV dan di awal kuartal-I," pungkas Hendra.

Baca Juga: Harga saham pelat merah melesat, hati-hati rawan koreksi

Sebagai informasi, dari produksi sebanyak 561 juta ton pada tahun lalu, sebanyak 132 juta ton digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). Sedangkan batubara yang diekspor tercatat 405 juta ton.

Pada tahun ini, dari rencana produksi 550 juta ton, batubara untuk kebutuhan domestik ditargetkan mencapai 137,5 juta ton.

Selanjutnya: Akuisisi dua perusahaan, Resource Alam (KKGI) hendak ekspansi ke tambang nikel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×