Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Manajemen ADRO, melalui Corporate Secretary & Investor Realtions Division Head Mahardika Putranto mengatakan, pandemi Covid-19 ikut berdampak terhadap penurunan kinerja operasional tersebut.
"Titik awal yang kuat bagi perusahaan pada kuartal pertama 2020 diikuti dengan kondisi yang melemah pada kuartal kedua akibat musim hujan yang panjang di wilayah operasi dan penurunan permintaan karena melemahnya ekonomi global serta penurunan permintaan listrik industri karena lockdown akibat Covid-19," kata dia, seperti yang dikutip Kontan.co.id, Senin (17/8).
Lockdown karena Covid-19, berdampak terhadap banyak pelanggan ADRO seiring dengan permintaan listrik di negara-negara pelanggan yang melemah. "Selain dampak negatif Covid-19, ketidakpastian kebijakan impor di beberapa negara semakin memberikan tekanan terhadap pasar batubara yang memang sudah tidak seimbang," sebutnya.
Baca Juga: Antisipasi penurunan produksi 10%, Adaro Energy (ADRO) memperkuat segmen bisnis lain
Adapun, pasar Asia Tenggara masih mendominasi penjualan batubara ADRO di Semester I-2020 dengan porsi sekitar 47%, dengan pasar terbesar di Indonesia dan Malaysia. Setelah itu, pasar Asia Timur menopang penjualan batubara ADRO dengan porsi 24%. Disusul oleh India dan China dengan porsi berimbang masing-masing 14%, dan 1% ke pasar lainnya.
Mengingat kondisi pasar yang sulit, ADRO pun melakukan revisi terhadap beberapa komponen panduan di tahun 2020, menjadi sebagai berikut:
- Produksi batubara: 52 juta ton - 54 juta ton
- EBITDA operasional: US$ 600 juta - US$ 800 juta
- Belanja Modal: US$ 200 juta - US$ 250 juta
"Target baru untuk produksi batubara turun sekitar 10% dibandingkan tahun 2019 secara YoY, yang terutama didorong oleh penurunan produksi batubara termal," pungkas Mahardika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News