kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi kakao olahan makin mekar


Selasa, 14 Januari 2014 / 18:53 WIB
Produksi kakao olahan makin mekar
ILUSTRASI. Tips Sederhana Feng Shui Rumah di Tahun 2022, Mulai dengan Cara yang Mudah Ini


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Volume produksi kakao olahan tahun ini diprediksi menembus 400.000 ton. Jumlah produksi itu melonjak dari volume sepanjang tahun lalu sebesar 350.000 ton.

Kenaikan produksi kakao olahan itu didukung bertambahnya produsen pengolahan kakao serta adanya ekspansi pabrik yang sudah ada.

"Di antaranya pabrik baru itu PT Cargill Indonesia dan naiknya produksi dari beberapa  produsen yang sudah ada,” kata Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Faiz Ahmad, Senin (13/1).

Produksi kakao olahan sendiri melonjak setelah komoditas tersebut dikenakan bea keluar (BK) biji kakao. Karena adanya pungutan untuk ekspor, akhirnya sejumlah pabrik pengolahan memutuskan untuk investasi di Indonesia. Sebagai gambaran saja, pada tahun 2009 lalu, produksi kakao olahan baru mencapai 130.000 ton.

Setelah produksi kakao olahan meningkat, muncul masalah baru dari sisi pasokan bahan baku. Sebab, produksi biji kakao Indonesia hanya mencapai 450.000 ton saban tahun. "Yang saya khawatirkan impor biji kakao bisa naik signifikan," kata Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang.

Apa lagi permintaan kakao olahan terus meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri. Catatan saja, sekitar 90% kakao olahan dijual di pasar ekspor dengan produk andalan seperti cocoa liquor, cocoa butter, dan cocoa powder.

Sementara di pasar domestik, konsumsi per kapita kakao olahan naik dua kali lipat dalam tempo sekitar 5 tahun jadi 0,3 kilogram per orang tiap tahun.

Saat ini, produksi kakao olahan nasional memiliki kapasitas terpasang sebanyak 600.000 ton, namun yang bisa terpakai baru 66%. Sehingga, pabrik pengolahan kakao masih membutuhkan banyak biji kakao di dalam negeri.

"Industri kakao olahan baru nyaman kalau pasokan biji kakao bisa 600.000 ton sampai 700.000 ton," paparnya. Karena itu menurut Zulhefi, dibutuhkan penyuluh pertanian yang bisa membantu petani kakao meningkatkan produksi mereka.

Pasalnya bila diurus dengan benar, produksi biji kakao di dalam negeri seharusnya bisa mencapai dua kali lipat dari yang ada saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×