kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi kelapa dalam negeri belum optimal


Kamis, 14 September 2017 / 21:31 WIB
Produksi kelapa dalam negeri belum optimal


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) Bambang menjelaskan, saat ini kondisi kelapa di Indonesia masih membutuhkan perhatian. Apalagi, dari sekitar 3,6 juta hektar kebun kelapa di Indonesia kondisinya belum optimal.

Menurut Bambang, saat ini, produktivitas rata-rata kebun kelapa di Indonesia hanya sekitar 1 ton per hektar dalam satu tahun. Angka ini terbilang kecil ketika seharusnya bisa mencapai 2 - 3 ton per hektare dalam setahun. Hingga 2016, produksi kelapa di Indonesia sekitar 2,89 juta ton, yang turun dari tahun sebelumnya yakni 2,92 juta ton.

Meski mengalami penurunan, namun Bambang masih yakin produktivitas ini dapat diperbaiki dan memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Akan tetapi menurutnya dibutuhkan langkah-langkah yang tepat seperti percepatan pengembangan kelapa baik melalui peremajaan, ekstensifikasi dan intensifikasi dan penyederhanaan regulasi.

"Kelapa kita itu masih bisa produksi sampai 3,5 ton per ha dalam satu tahun sebenarnya. Itu bisa kita angkat dengan upaya-upaya penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit," terang Bambang.

Bambang memaparkan, saat ini produksi kelapa di Indonesia juga masih bisa memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Namun menurutnya saat ini perlu perhatian serius untuk meningkatkan produktivitas kelapa mengingat kebanyakan produksi kelapa adalah milik rakyat.

"Yang perlu diperhatikan adalah 98% kelapa rakyat, yang kondisinya mereka masih hidup di bawah standar kelayakan. Sehingga pemerintah perlu hadir untuk memberikan investasi dalam membantu kelapa-kelapa rakyat ini menyediakan sarana produksinya. Kita mulai menyediakan benih dan kita dorong untuk melakukan intensifikasi," jelas Bambang.

Saat ini, Indonesia masih terus melakukan ekspor kelapa. Menurut Bambang, hal ini seharusnya terus dibiarkan mengalir. Yang paling diperlukan adalah meningkatkan produktivitas kelapa dan tidak memaksakan daerah-daerah yang terkena erupsi untuk ditanami kelapa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×