Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kinerja ekspor komoditas batubara diproyeksi kembali naik di tahun 2024. Untuk tahun 2023, ekspor batubara Indonesia diproyeksi bisa mencapai 511,58 juta ton.
Menurut Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Lana Saria, hal itu sejalan dengan pencapaian produksi batubara yang sudah melampaui target produksi setahun penuh pada bulan November 2023.
Seperti diketahui, produksi batubara nasional selama Januari-November 2023 mencapai sebesar 710,57 juta ton.
Angka tersebut setara 102,3 % dari rencana produksi batubara nasional 2023 untuk setahun penuh, yakni sebesar 694,50 juta ton.
Baca Juga: Terbebani Lesunya Harga Batubara, Begini Rekomendasi Saham PTBA dari Sejumlah Analis
“Meningkatnya permintaan batubara baik dari dalam negeri dan luar negeri yang berpengaruh terhadap melonjaknya realisasi produksi atau ketercapaian produksi serta ketercapaian penjualan batubara oleh badan usaha sehingga kinerja sektor pertambangan sepanjang tahun 2023 diperkirakan akan melebihi target,” kata Lana kepada Kontan.co.id, Selasa (2/1/2024).
Sebagai pembanding, menukil Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, angka penjualan ekspor batubara tahun 2022 lalu berjumlah 367,94 Juta Ton.
Artinya, jikalau angka ekspor batubara sepanjang 2023 mencapai 511,58 juta ton, maka pertumbuhan volume ekspor batubara tahun ini mencapai sekitar 39,03% secara tahunan (YoY) menurut hitungan kasar Kontan.co.id.
Di tahun 2024, Kementerian ESDM membidik angka produksi batubara yang lebih ambisius dibanding target tahun 2023 lalu. Target Kementerian ESDM, volume produksi batubara nasional tahun 2024 bisa mencapai 710 juta ton, melebihi target produksi 2023 yang sebesar 694,50 juta ton.
Baca Juga: Kebutuhan Batubara Diramal Masih Naik di 2024
Kendati demikian, pencapaian kinerja produksi batubara bukannya tanpa tantangan, setidaknya dari sudut pandang pelaku usaha.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, mengatakan bahwa penambang di tahun 2023 terbebani dengan semakin meningkatnya biaya operasional penambangan.
Dalam hal ini, kenaikan harga bahan bakar serta semakin besarnya stripping ratio, kata Hendra, cukup membebani margin perusahaan di tengah tren harga yang sedang menurun jika dibanding semester pertama 2023.
“Selain itu, beban biaya operasional perusahaan juga semakin tertekan dengan kenaikan tarif royalti yang berlaku di 2022 bagi pemegang IUP serta IUPK-Kelanjutan Operasi Produksi (eks-PKP2B). Tingginya tarif royalti menekan margin usaha perusahaan,” imbuh Hendra saat dihubungi Kontan.co.id (2/1/2024).
Tantangan lainnya, Penerapan kewajiban penempatan 30% dari dana hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) selama 3 bulan di bank domestik juga menyulitkan perusahaan mengelola arus kas. Kondisi-kondisi ini, menurut Hendra, kemungkinan masih akan berlanjut hingga 2025.
Di sisi lain, pelaku usaha juga menyoroti skema pungut salur dana kompensasi Batubara (DKB) melalui skema Mitra Instansi Pengelola (MIP) tahun ini.
“Skema ini belum diuji coba-kan bahkan draft Peraturan Presiden serta peraturan pelaksanaannya belum disosialisasikan kepada para pelaku usaha,” tukas Hendra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News