kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi Sarung Tangan Karet Turun 58%


Rabu, 03 Maret 2010 / 10:08 WIB


Sumber: Kontan | Editor: Test Test

JAKARTA. Pasokan gas menjadi permasalahan klasik industri di Indonesia. Kali ini, yang harus meratapi minimnya pasokan gas adalah industri sarung tangan karet. Akibat tidak mencukupinya suplai gas untuk industri ini, pabrik sarung tangan karet berguguran, dan produksinya pun terpangkas 58% tahun lalu.

Tahun lalu, produksi sarung tangan karet ASTA mencapai 5 miliar pasang Produksi sebanyak ini cuma 42% dari produksi 2008 yang menembus 12 miliar pieces. Padahal saat seluruh pabrik sarung tangan beroperasi normal, produksi sarung tangan karet bisa mencapai sekitar 15 miliar pasang.

Ketua Umum Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Indonesia (ASTA) Ahmad Safiun menyatakan, pasokan gas yang terbatas membuat utilisasi kapasitas produksi tahun ini tidak mencapai 50%. Akibat anjloknya produksi tersebut, pabrik sarung tangan mulai berguguran. Dari 12 pabrik sarung tangan karet, kini yang beroperasi hanya 8 pabrik. "Dari delapan pabrik tersebut, tujuh diantaranya terletak di Medan sedangkan satunya di Cibinong," tegas Safiun, Selasa (2/3).

Menurut Safiun, kebutuhan gas untuk 8 pabrik tersebut sebanyak 5 juta kaki kubik per hari (mmscfd). "Kebutuhan gas kami memang sedikit, tapi jumlah sedikit itu tidak bisa terpenuhi," keluh Safiun.

Tahun lalu, tujuh dari 12 pabrik sarung tangan karet mencoba berjuang sendiri memenuhi kebutuhan gas sebagai komponen terpenting dalam proses produksi terpenting mereka. Caranya, mereka mengalihkan sumber energi dari gas ke energi alternatif, seperti batubara hingga cangkang kelapa.

Namun, rupanya strategi tersebut tak mampu mengganti kebutuhan gas mereka. Akibatnya, sebanyak 5.000 karyawan mereka telah dirumahkan.

Wakil Ketua ASTA Henry Tong pernah menghitung, sejak tidak adanya pasokan gas lima tahun silam, investasi di industri sarung tangan karet sebesar US$ 125 juta hilang. Komposisinya, US$ 25 juta adalah investasi yang sudah masuk tetapi tidak dapat berhasil. Sisanya, US$ 100 juta adalah investasi asing yang batal masuk menanamkan dananya di dalam negeri setelah mengetahui tak adanya kepastian pasokan gas.

"Padahal permintaan terus tumbuh dan 95% dijual ke pasar ekspor," terang Henry. Pasar ekspor sarung tangan karet buatan Indonesia, diantaranya adalah China, Eropa , dan Amerika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×