Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Volume produksi kelapa sawit tahun 2016 diprediksi masih tetap tinggi kendati dibayangi efek El Nino dan penghentian izin membuka lahan gambut untuk perkebunan.
Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan, produksi sawit tahun depan mencapai sekitar 33 juta ton hingga 33,5 juta ton. Proyeksi tersebut turun sekitar 5% dari proyeksi awal sebelum ada El Nino. Sementara proyeksi produksi sawit tahun ini sebesar 31 juta ton.
Ketua DMSI Derom Bangun mengatakan, produksi sawit tahun 2016 meningkat dibandingkan tahun 2015 karena disumbang 200.000 ha tanaman sawit yang mulai produksi maksimal tahun depan.
Derom menjelaskan, banyak tanaman sawit yang usianya masih sekitar 4 tahun, 5 tahun dan 6 tahun akan mulai menghasilkan pada tahun 2016. "Produksi sawit memang naik karena ada tanaman yang masih muda tahun ini mulai menghasilkan pada tahun depan," ujar Derom saat ditemui di Gedung Kemtan, Kamis (12/11).
Derom bilang, dampak El Nino masih terasa enam hingga 12 bulan pasca El Nino berlangsung. Artinya, dampak El Nino ini terasa hingga tahun 2016 mendatang.
Di mana terjadi penurunan produksi karena pembentukan buah berkurang akbiat mengalami kekeringan. Selain itu, pohon sawit umumnya juga mengalami stres. Hal itu berdampak pada produksi buah betina yang berkurang dan produksi buah jantan meningkat. Kondisi ini membuat produksi buah sawit secara keseluruhan berkurang.
Sementara itu, kalau produksi buah pada tahun 2015 jumlah buahnya tidak berkurang tapi ukurannya mengecil. Karena itu dampaknya tidak terlalu besar pada produksi sawit kendati tetap ada penurunan produksi.
Pada 2016, perkebunan kelapa sawit juga mengalami tantangan baru dimana pemerintah menghentikan pemberian izin membuka lahan gambut. Selain itu, lahan gambut yang sudah mendapatkan izin dan belum dikelolah tidak bisa lagi dikelola.
Kondisi ini membuat ekspansi perkebunan kelapa sawit terganggu. Meskipun demikian, Derom bilang, dampak kebijakan ini tidak masif. Pasalnya, selama ini, perkebunan kelapa sawit tidak banyak membuka lahan gambut.
Karena selama ini izin membuka lahan gambut hanya diberikan untuk lahan gambut yang kedalamannya di bawah tiga meter. Artinya, pemerintah juga sudah selektif dalam memberikan izin membuka lahan gambut.
Supiandi Sabiham, Guru Besar Ahli Gambut dari IPB menambahkan, saat ini ada sekitar 1,2 juta ha lahan gambut yang digunakan untuk areal tanaman sawit. Sementara itu dari total 14,9 juta ha lahan gambut secara nasional ada 5 juta ha hingga 6 juta ha lahan gambut masih hutan. Sementara itu sekitar 4 juta ha lahan gambut sudah rusak dan sisanay digunakan untuk tanaman pertanian.
Menurutnya menutup lahan gambut untuk perkebuann kelapa sawit bukan kebijakan yang bijak. Pasalnya di negara-negara lain, lahan gambut juga dimanfaatkan untuk perkebunan. Penutupan lahan gambut akan mengurangi peluang bisnis terutama industri sawit.
"Menurut saya terlalu dini diputuskan lahan gambut tidak dapat digunakan untuk perkebunan," ujar Supiandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News