Reporter: David Oliver Purba | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indonesia Zinc Alumunium Steel Industries (IZASI) memastikan di tahun 2015 ini tidak ada ekspor seng aluminium. Pasalnya, kapasitas produksi yang ada hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Tahun ini kita fokus ada di dalam negeri, karena kebutuhan banyak kita tidak bisa ngapa-ngapain," tuturnya Sekretaris Jenderal IZASI, Lucia Karina kepada KONTAN, Kamis(04/2).
Berbeda dari tahun sebelumnya di mana IZASI mampu menargetkan kebutuhan seng dalam negeri mencapai 535.000 ton, tahun ini Lucia tidak secara spesifik menjelaskan kebutuhan seng aluminum dalam negeri. "Periode 2015 khususnya di bulan Januari hingga April ada penurunan" katanya.
Selain itu, tahun ini juga merupakan tahun yang sulit bagi IZASI karena perekonomian dalam negeri yang naik turun mengakibatkan pihaknya sulit memprediksi berapa banyak produksi yang akan dilakukan.
Lucia menambahkan di tahun ini pihaknya memprediksikan target produksi akan menurun salah satunya akibat banyaknya proyek dalam pengerjaannya mengalami hambatan dikarenakan mata uang garuda yang masih terdepresiasi terhadap dollar. "Prediksi kita sebenarnya 5,5%-7%, tapi karena kondisi rupiah yang masih melemah kemungkinan ada penurunan," jelasnya.
Lucia juga menambahkan di tahun ini tidak ada penambahan negara yang meramaikan pasar import dalam negeri. "Tidak ada pemain baru, cuma Vietnam dan Taiwan, tapi di tahun ini Vietnam 100% produksi mereka di jual ke Indonesia" jelasnya.
Lucia juga mengeluhkan importir yang masuk ke dalam negeri menggunakan cara-cara baru yang berakibat tergusurnya penjualan perusahaan dalam negri.
Dia bilang, safeguard atau kebijakan untuk membatasi import yang telah diberlakukan hanya efektif di awal saja. "Awal dua bulan efektif tapi karena mereka(importir)masuk pakai kode HS yang berbeda ada juga borongan itu jadinya sulit diketahui dan itu agak mengganggu juga,” tambahnya.
Sekadar informasi, Lucia juga merupakan Country Vice President Corporate and External Affairs PT BlueScope Steel Indonesia sekilas menyebutkan memang terjadi penurunan produksi semua perusahaan seng aluminium yang masuk ke dalam IZASIL. "Semua rapotnya merah karena tertekan impor, dan harga jual mereka jauh lebih rendah" jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News