Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indonesia Zinc Alumunium Steel Industries meminta diberlakukannya safeguard atau perlindungan industri dalam negeri dengan meminta pembatasan impor. Pasalnya pasar seng alumunium dalam negeri masih dipenuhi oleh impor.
Lucia Karina, Sekretaris Jenderal Indonesia Zinc Alumunium Steel Industries (IzasiI) mengatakan bahwa pihaknya telah meminta pemerintah untuk melakukan pembatasan impor. "Sudah kami ajukan sejak Desember 2012, tapi masih belum terlaksana juga," ujar Karina pada Jumat (20/6).
Ia menjelaskan berdasarkan data asosiasi kebutuhan seng alumunium dalam negeri pada 2013 adalah sebesar 500.000 ton. Untuk tahun ini, permintaan seng alumunium dalam negeri diestimasikan bertumbuh 7%. Dengan asumsi demikian, maka kebutuhan seng alumunium dalam negeri tahun ini adalah sebesar 535.000 ton.
Sementara pada 2013, impor seng alumunium adalah sebesar 321.065 ton. Angka tersebut setara dengan 64,21% dari total permintaan dalam negeri. Adapun negara importir berasal dari Vietnam, dan Taiwan.
"Indonesia kebanjiran impor karena negara-negara importir itu sudah tidak punya pasar disana, makanya mereka kirim kesini. Di satu sisi, orang disini senang dengan barang impor karena harganya lebih murah, walaupun kualitasnya tak penuhi standar," terang Karina. Ia mengatakan tahun ini impor pun akan makin meningkat, karena tidak ada aturan yang membatasi soal impor.
Padahal jika ditilik dari kapasitas produksi seng alumunium dalam negeri, sudah cukup untuk penuhi kebutuhan dalam negeri. Kapasitas produksi dalam negeri untuk seng alumunium adalah 560.000 ton per tahun. Namun utilitas industri hanya 30%-40%. Industri tidak bisa memproduksi lebih tinggi lagi, karena tidak ada pasar yang menyerap.
Karina menjelaskan pihaknya juga kesulitan untuk ekspor, karena pasar dalam luar juga penuh persaingan. "Boro-boro mau ekspor, di dalam negeri saja susah," terang Karina.
Ia menjelaskan bahwa bahan baku produksi mereka berupa baja dingin. Adapun baja dingin itu diperoleh itu campuran dari dalam negeri dan impor. Hal itu mereka lakukan untuk mendapatkan seng alumunium yang mempunyai spesifikasi khusus.
Anggota IZASI terdiri dari 3 perusahaan yaitu PT BlueScope Steel Indonesia, PT Saranacentral Bajatama, dan PT Sunrise Steel. Karina menjelaskan di industrinya terdapat 800 - 900 pekerja.
Catatan saja, seng alumunium adalah industri perantara dalam industri baja. Adapun produksi seng alumunium itu akan digunakan untuk jadi atap rumah, dan kebutuhan bahan bangunan lainnya.
Untuk diketahui saja, Karina juga merupakan Country Vice President Corporate adn External Affairs PT BlueScope Steel Indonesia. Namun pihaknya enggan membeberkan bagaimana kinerja perusahaan dan estimasinya tahun ini. "Kami sudah sering bikin forecast di tahun-tahun lalu, tahun ini kami tidak berani ekspose, karena sulit memprediksi. Yang jelas, kami membutuhkan beleid safeguard itu untuk segera bisa terlaksana," ujar Karina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News