Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Harga kapas dunia yang meningkat membuat produsen pengolah kapas resah. Pasalnya, kenaikan harga kapas akan menambah ongkos produksi; padahal pabrik pengolah kapas harus terus berjalan karena permintaan dari sektor tekstil juga cukup tinggi.
Untuk menekan pembengkakan ongkos produksi akibat naiknya harga kapas, maka produsen pengolah kapas mengubah komposisi campuran bahan untuk benang dan kain. "Otomatis kami harus mengalihkan sebagian bahan baku kapas ke polyester dan rayon," kata Direktur Utama Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) Ravi Shankar kepada KONTAN.
Misalnya, jika biasanya komposisi bahan baku kapas dan polyester untuk bahan baku benang misalnya sebesar 50%:50%, kini komposisi kapas diturunkan dan kompoesisi polyesternya dinaikkan.
Meski begitu, menurut Ravi, pengurangan komposisi kapas di dalam satu produk tidak bisa dipukul rata. Dus, tergantung jenis produk yang akan dibuat," katanya. Untuk memproduksi benang untuk baju pria, contohnya, komposisi antara kapas dan polyester biasanya 65% kapas dan 35% polyester. "Tapi karena kenaikan harga kapas ini komposisinya bisa dirubah menjadi 35% kapas dan 65% polyester," jelasnya.
Sementara untuk bahan kaos yang biasanya 100% kapas, bisa saja diberikan campuran polyester dengan komposisi 35% polyester dan 65% kapas. "Ini dilakukan agar harga bisa sedikit disesuaikan," kata Ravi.
Harga kontrak kapas terus meningkat ke level yang paling tinggi dalam 15 tahun terakhir ditengah suplai kapas global yang menipis. Harga kontrak kapas menembus US$ 1,064 per pound di ICE Futures New York; level yang paling tinggi sejak sejak Juni 1995. Komoditi ini anjlok sebesar 3,3% menjadi US$ 1,0176 pada hari ini, Rabu (29/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News