Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen dan distributor perangkat elektronik TIK melihat prospek bisnis yang menarik ke sektor business to business (B2B) di tahun ini. Tak hanya ke pihak swasta, pelaku usaha juga akan menggali peluang B2B dari sektor pendidikan.
Anandita Puspitasari, Consumer Marketing Manager Acer Indonesia menjelaskan sejak pandemi orang mulai terbiasa dengan bekerja dan sekolah di rumah sehingga kebiasaan baru tersebut mendorong kebutuhan akan perangkat laptop dari berbagai tipe. Termasuk laptop di kisaran harga Rp 5 juta hingga Rp 7 jutaan yang permintaannya meningkat.
"Tahun ini dengan melihat tren tersebut, permintaan laptop akan tetap sama karena produktivitas kini akan semakin meningkat. Kami optimis pasar laptop di kisaran harga ini akan memberikan dampak positif bagi bisnis," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (29/3).
Baca Juga: Meski penjualan turun, Kedaung Indah (KICI) mampu kurangi rugi bersih pada tahun lalu
Anadita mengatakan, bagi Acer pasar dari B2B terus bertumbuh dan memberikan kontribusi yang positif. Menurutnya hal ini ditambah juga dengan solusi end to end yang ditawarkan Acer mulai dari dari hardware, software, dan services kepada pelanggan B2B.
Anandita mengungkapkan, targetnya segmen B2B tentu lebih luas tidak hanya korporasi saja tapi juga pendidikan. Menurutnya hal ini seiring dengan tujuan Acer mendukung transformasi digital di dunia pendidikan Indonesia. Maka dari itu, Acer terus berinovasi melalui program Acer for Education untuk menghadirkan solusi menyeluruh.
Pasar B2B ke sektor pendidikan juga sedang digali oleh PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX). Sekretaris Perusahaan Zyrexindo Mandiri Buana Evan Jordan memaparkan, tahun ini Zyrex melihat prospek bisnis untuk perangkat TIK di Indonesia masih sangat besar, khususnya untuk perangkat laptop.
Menurutnya, laptop memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dari personal computer (PC) dan lebih fungsional daripada tablet. Dengan demikian, baik pelajar, mahasiswa, maupun profesional sangat memerlukan laptop untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan mereka.
Evan mengatakan di tahun 2021 Zyrex memiliki target pertumbuhan omzet yang signifikan dibandingkan tahun 2020. Sebagian besar pertumbuhan tersebut berasal dari penjualan laptop.
Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) siapkan capex hingga US$ 175 juta, untuk apa saja?
Sebagai upaya meraih target, di bulan Januari 2021 Zyrex secara resmi telah meluncurkan program Satu Siswa Satu Laptop. Melalui program ini Zyrex menjual laptop dengan harga terjangkau sehingga memudahkan pelajar memiliki laptop. Untuk menunjang program tersebut, Zyrex juga memperkuat jaringan distributor di seluruh Indonesia.
Evan memaparkan sejak berdirinya pada tahun 1996, Zyrex telah menjalankan bisnis B2B dengan menjual produk-produk TIK kepada berbagai kategori bisnis, di antaranya perbankan, minimarket, toko retail, dan lainnya.
Adapun pada tahun 2020, bisnis B2B mengalami perlambatan akibat pandemi Covid-19 karena pelanggan korporat tidak dapat menjalankan ekspansi. "Namun, di tahun 2021 ini, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan di bisnis B2B sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya," ungkapnya.
Setali tiga uang, peluang ini turut dilihat PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) yang belum lama meluncurkan notebook merek Dynabook. Sharp Corp. makin serius menggarap pasar notebook setelah secara resmi mengakuisisi 100% Dynabook Inc. selaku anak usaha Toshiba yang fokus pada produk notebook dan juga laptop. Aksi korporasi ini rampung pada akhir Juni 2020 lalu.
Harapannya, di bawah merek Sharp, Dynabook semakin agresif untuk memasuki pasar yang kian berkembang di masa pandemi ini khususnya di pasar notebook Indonesia. Setelah meluncurkan lini produk pertamanya pada 17 Agustus 2020 lalu melalui produk Satellite tipe L-40 G , pada Februari 2021 Sharp Indonesia kembali mengeluarkan Dynabook Satellite tipe C-40. Seluruh produk notebook ini masih diimpor.
Seluruh line up notebook Sharp harganya di kisaran Rp 8 juta hingga Rp 16 juta yang menargetkan kelas menengah dan premium. Ke depannya Sharp juga akan memperluas pangsa pasar dengan masuk ke pasar notebook di bawah Rp 7 juta.
Baca Juga: Ini strategi Mandom (TCID) perbaiki kinerja bisnisnya pada tahun 2021
Andry Adi Utomo, National Sales Senior General Manager PT Sharp Electronics Indonesia mengatakan, Sharp berencana masuk ke semua peluang di segmen B2B. Tak hanya ke sektor swasta, Sharp akan masuk ke sektor pemerintahan lewat Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP), dan sektor pendidikan lewat Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPlah).
"Di tahun 2021 salah satu produk yang akan kami tingkatkan performanya adalah produk notebook Dynabook, ke depannya kami akan menambah varian baru dan memperluas jaringan pendistribusian, salah satunya Sharp Indonesia akan fokus untuk menaikkan kontribusi penjualan melalui kanal B2B dari 5-6% menjadi 15-20%.”, kata Andry.
Adapun di tahun ini, Andry memproyeksikan segmen B2B yang akan lebih dominan adalah ke sektor swasta karena produk notebook SEID memiliki spesifikasi lebih ke bisnis enterprise.
Selanjutnya: Barito Pacific (BRPT) alokasikan belanja modal hingga US$ 175 juta pada tahun 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News