Reporter: Agung Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak jalan menuju Roma. Mungkin ungkapan itu cocok disematkan bagi industri pengemasan dalam negeri. Di tengah banyaknya tentangan penggunaan styrofoam di sektor makanan dan minuman, industri pengemasan tetap mencari peluang pasar penjualan produk.
Salah satu sektor yang memiliki prospek cukup baik tersebut adalah di bidang kelautan. Penggunaan styrofoam untuk menyimpan dan mengangkut produk hasil laut berpeluang meningkat permintaan produk itu.
Wahyudi Sulistya, Direktur Kemasan Group, mengklaim, produk styrofoam Kemasan Group sudah banyak digunakan beberapa perusahaan khususnya eksportir produk perikanan. "Banyak juga dipakai (perusahaan) ekspor ikan di wilayah Timur Indonesia," kata Wahyudi kepada KONTAN, Kamis (1/2).
Melihat prospek yang besar itu, menyebabkan Kemasan Group memiliki banyak pergudangan di wilayah timur Indonesia. Di antaranya, di Balikpapan, Sorong, Manado dan Ternate.
Tercatat, saat ini Kemasan Group memiliki pabrik produksi kemasan di Karawang, Pasuruan dan Denpasar. Total produksi mencapai 2.000 ton per bulan dengan berbagai varian produksi. Mulai dari khusus makanan (food grade) hingga poliethilena foam (pe foam) untuk keperluan membungkus alat elektronik.
Agar tidak hanya bergantung pada sektor bisnis pengemasan, Kemasan Group melakukan inovasi produk. Menggunakan material polymer, Kemasan Group mencoba memproduksi polymer matras. Jenis springbed ini sangat ringan, sehingga mampu terapung di atas air.
Selain penolakan penggunaan styrofoam, tantangan terbesar bisnis ini ialah harga minyak dunia yang tengah meningkat. Akibatnya bahan baku utama berupa polisterinayang merupakan produk petrokimia terus melambung.
Sebelumnya, keluhan atas banyaknya kebijakan larangan penggunaan styrofoam telah banyak diutarakan oleh perusahaan pengemasan tanah air. "Saat pelarangan styrofoam diedarkan, permintaan bisa menurun hingga 500 ton per bulan," kata Dony Wahyudi, Manager Sales PT Trinseo Materials Indonesia.
Asal tahu saja, permintaan kemasan styrofoam domestik dapat mencapai 1.000 sampai 1.200 ton per bulan. Namun saat ini, permintaan styrofoam berada di kisaran 700 ton–800 ton per bulan.
Trinseo Materials Indonesia memiliki dua pabrik kemasan yang berada di Merak. Satu pabrik memproduksi polisterinadengan kapasitas produksi 85.000 ton per tahun, sedangkan satunya lagi ialah pabrik latex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News