Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Industri keramik dalam negeri menargetkan penjualan keramik nasional sebesar Rp 36 triliun tahun ini. Target itu menanjak 20% dari realisasi penjualan keramik nasional tahun lalu yang sebesar Rp 30 triliun.
Namun ada tiga tantangan besar yang bakal menghambat pencapaian target itu. Pertama, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate yang masih tinggi kemungkinan bakal menghambat pertumbuhan industri properti. Saat ini, BI rate sebesar 7,5%.
"Ketika properti melambat maka juga akan menahan penjualan keramik," ujar Elisa Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Kamis (19/3).
Kedua, penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Padahal, sebagian bahan baku keramik masih harus diimpor sehingga sekitar 60% beban produksi keramik dibayarkan dalam denominasi dollar AS. Asaki membandingkan ketika rupiah rata-rata berada di level Rp 9.000 tahun lalu dan tahun ini.
"Sejak kenaikan kurs dollar AS tahun ini, terjadi kenaikan beban produksi sampai 20%," ujar Elisa. Ketiga, produsen keramik menilai harga gas alam yang terus meningkat sudah masuk kategori tak lagi wajar.
Catatan Asaki, rata-rata harga jual gas dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk industri keramik adalah US$ 8 - US$ 9 per milion metric british thermal unit (mmbtu). Padahal, harga gas industri di Singapura dan Malaysia cuma sebsar US$ 5 per mmbtu.
Hal itu membikin produk keramik bikinan Indonesia kalah saing dengan produk dari Singapura dan Malaysia. Hendrata Atmoko, Vice President Director PT Asri Panca Warna mengakui adanya tekanan kurs rupiah dan harga gas alam itu.
"Bahan baku masih banyak impor. Di samping itu, gas alam untuk energi proses produksi juga kami bayar pakai dollar AS," keluh dia. Meski begitu, Asri Panca tetap akan merealisasikan rencana ekspansi tahun ini. Perusahaan itu bakal memperbesar kapasitas produksi kedua pabrik di Jawa Barat, yakni Cikampek dan Dawuan.
Rencananya, mulai Juli 2015, kapasitas produksi Asri Panca akan bertambah 350.000 meter persegi (m²) keramik per bulan. Alhasil, total kapasitas produksi keramik perusahaan itu akan meningkat menjadi 800.000 m² per bulan.
Untuk diketahui, Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) memprediksi kebutuhan gas alam untuk industri keramik tahun ini sebesar 133,952 milion metric square cubic feet per day (mmscfd). Kebutuhan gas alam tahun lalu yakni 133,82 mmscfd.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News