Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Anggota Dewan Pakar Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Yos S. Theosabrata menuturkan bahwa saat ini para pengusaha mebel dan kerajinan kekurangan bahan baku rotan.
"Produsen saat ini kekurangan bahan baku, permintaan banyak tetapi terjadi distorsi," kata Yos sebelum acara Dialog Kebijakan Perkuatan Lingkungan Usaha Rotan Ramah Lingkungan di Aryaduta Hotel Jakarta (18/11).
Menurut dia kekurangan bahan baku pada tingkat produsen rotan disebabkan karena para pengumpul (petani) kurang tertarik untuk mengumpulkan rotan. Petani lebih memilih untuk mengumpulkan kelapa sawit (CPO) dan karet. Hal tersebut dikarenakan harga jual kelapa sawit dan karet yang selalu meningkat dibandingkan dengan rotan.
"Mengambil rotan sudah tidak terlalu menarik bagi pengumpul karena hasilnya tidak seberapa dibanding kelapa sawit atau karet yang harganya meningkat," tuturnya.
Jika hal ini terus terjadi, bukan tidak mungkin kontribusi Indonesia terhadap bahan baku rotan dunia akan berkurang. Saat ini Indonesia berkontribusi sekitar 85% dari total produksi bahan baku rotan dunia. "Kalau seandainya tidak ekspor dan tidak terjadi kebocoran melalui penyelundupan kita bisa jadi terbesar," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News