Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Produsen sepatu tak mau ketinggalan memanfaatkan momen Lebaran sekaligus tahun ajaran baru. Mereka memprediksi penjualan sepanjang Juni dan Juli 2014 bakal menanjak tiga kali sampai empat kali lipat, dengan total nilai mencapai Rp 6 triliun-Rp 8 triliun.
Hajatan lebaran dan tahun ajaran baru ini sekaligus menjadi ajang produsen untuk menguras stok. Agar target ini tercapai, sebagian besar produsen juga telah menggelar diskon besar-besaran. Harapannya, "Kalau omzet sebulan biasanya hanya Rp 2 triliun, bulan Juni Juli ini perkiraan bisa mencapai Rp 6-8 triliun.
Trennya meningkat satu bulan sebelum puasa," kata Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Eddy Widjanarko kepada KONTAN, Selasa (24/6). Meski momen lebaran menjadi puncak panen raya bagi industri sepatu di Indonesia, Eddy menyebut penjualan sepatu pada musim lebaran ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan sepuluh tahun silam.
Dalam catatan Aprisindo, penjualan saat Lebaran bisa melonjak hingga tujuh kali lipat dari bulan biasa. Asosiasi menduga permintaan terhadap sepatu lokal mengalami penurunan karena membanjirnya produk sepatu impor.
"Sejak 10 tahun yang lalu impor meningkat tajam. Pembeli pun punya pilihan lebih banyak dari sepatu impor," ungkap Eddy. Adapun sepatu impor ini sebagian merupakan produk igal, atawa tiruan dari produk asli, yang masuk ke Indonesia juga dengan jalur ilegal. Ia menduga banyak produk sepatu impor dari China secara ilegal karena tidak melewati pintu pabean. Walhasil penjualan sepatu lokal di pasar Indonesia juga mengalami penurunan. Dalam hitungan Aprisindo penurunan penjualan ini 10%-20% dari tahun lalu.
Melambatnya permintaan sepatu lokal ini dirasakan oleh PT Panatrade Caraka yang memproduksi sepatu merek Specs. Arif P. Wirawan, Direktur Panatrade Caraka, bilang, penjualan menjelang Lebaran justru turun. "Sepatu kami sepatu olahraga. Orang jarang berolahraga saat puasa," kata Arif, Selasa (24/6).
Jika dibandingkan dengan hari-hari biasa, penjualan sepatu Specs saat puasa dan Lebaran mengalami penurunan sekitar 50%. "Tetapi kami tetap ada diskon jelang lebaran. Biasanya untuk menghabiskan stok lama," kata Arif. Ia memprediksi pada Agustus penjualan bisa kembali normal karena ada kegiatan ulang tahun Republik Indonesia, atawa peringatan 17 Agustus.
Dengan demikian sepanjang 2014 penjualan bisa naik lagi, sehingga target pertumbuhan penjualan sebesar 40% bisa tercapai. Lonjakan penjualan ini juga didorong oleh kenaikan harga jual produk sekitar 10%-15% tahun ini.
Harap maklum industri sepatu harus menambal kenaikan biaya produksi akibat kenaikan tarif listrik maupun bahan baku akibat nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar Amerika Serikat. Di sisi lain pengusaha harus memenuhi kewajiban membayar upah minimum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News