kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Progres pembangunan proyek PLTU unit II Cirebon Power capai 15,7%


Jumat, 20 Juli 2018 / 17:38 WIB
Progres pembangunan proyek PLTU unit II Cirebon Power capai 15,7%
ILUSTRASI. Heru Dewanto, Vice President Director PT Cirebon Electric Power


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cirebon Power terus menggenjot pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) unit II. Berkapasitas 1.000 megawatt (MW), proyek ini mulai resmi dikerjakan sejak 9 November 2017.

Kepada Kontan.co.id, Presiden Direktur PT Cirebon Energi Prasarana, Heru Dewanto mengungkapkan, penyelesaian proyek ini ditargetkan berjalan selama 51 bulan sejak masa awal pengerjaan. Hingga saat ini, progres pengerjaan proyek ini sudah mencapai 15,7%.

Nantinya, PLTU unit II 1.000 MW ini akan dikirimkan ke grid sistem Jamali (Jawa-Madura-Bali). Sebelumnya, melalui PT Cirebon Electric Power (CEP), konsorsium multi-nasional ini telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Unit I 1x660 MW di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. 

Dikutip dari laman resminya, Unit I yang beroperasi sejak Juli 2012 tersebut telah menghasilkan 5TWh listrik per tahun melalui sistem interkoneksi Jamali.

Dalam proyek pembangunan unit II ini, Heru menuturkan bahwa ada sejumlah pihak yang terlibat menjadi pemegang saham atau sponsor. Yaitu Marubeni, Indika Energi, Komipo, Jera dan Samtan. 

Untuk keseluruhan, nilai investasi dari proyek Unit II ini mencapai sekitar 2,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Marubeni tercatat sebagai consorsium leader dengan porsi 35%.

“Sedangkan untuk kontraktornya itu ada Hyundai, Mitsubishi-Hitachi, dan Toshiba. Investasi sekitar 2,1 billion dollar AS untuk semuanya, dan consorsium leader-na Maubeni dengan 35% ,” terang Heru, Jumat (20/7).

Menurutnya, teknologi yang digunakan pada Unit II lebih efisien dari yang diterapkan pada Unit I. Jika pada Unit I teknologi yang digunakan adalah super critical, maka pada Unit II ini akan diterapkan ultra super critical. 

Heru mengklaim, kedua teknologi ini lebih unggul dibandingkan dengan teknologi lain yang diterapkan di Indonesia. “Dibanding dengan teknologi lain di Indonesia, yaitu sub-critical, kita lebih efisien dalam teknologi batubara bersih ini,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×