kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,37   1,04   0.11%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Properti hadapi penyesuaian harga BBM di 2015


Selasa, 25 November 2014 / 11:25 WIB
Properti hadapi penyesuaian harga BBM di 2015
ILUSTRASI. pertambangan b a t u b a r a PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Foto Dok ITMG


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA.  Tantangan bisnis dan industri properti pada 2015 mendatang akan semakin berat. Beratnya tantangan itu terutama akan terjadi pada semester pertama dibandingkan semester berikutnya.

CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengemukakan pendapat itu terkait prospek bisnis dan industri properti Indonesia kepada Kompas.com, Senin (24/11/2014). Menurut dia, beratnya tantangan tersebut disebabkan oleh kondisi pasar yang masih menunggu penyesuaian harga pasca-kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Pertumbuhan pasar properti diperkitakan mencapai angka moderat 10 persen hingga 15 persen.

"Seperti biasanya, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga lainnya, termasuk penyesuaian harga properti. Tapi, mengingat harga properti sudah tinggi, seharusnya kenaikan harga tidak melonjak drastis," ujar Hendra, Senin (24/11/2014).

Namun demikian, lanjut Hendra, pada 2015 nanti akan berlangsung lebih baik ketimbang kondisi 2014. Faktor kepercayaan pebisnis lokal maupun internasional terhadap kinerja dan integritas pemerintah pusat dan daerah akan menstimulasi aktivitas pertumbuhan properti.

"Investor akan melihat peluang pangsa pasar yang besar dan transparansi prosedur investasi yang semakin baik dan jelas sehingga bisa lebih mengarah kepada nilai investasi yang lebih besar dan jangka waktu lebih panjang," jelas Hendra.

Dia melanjutkan, daya beli dan jangka waktu penyerapan juga akan bergerak seperti pada 2012 lalu. Tetapi, penyerapan itu tak setajam lonjakan 2011-2012 karena harga properti saat itu berangkat dari titik terendah (low base) sehingga lonjakan harga bisa menembus angka 40 persen sampai 50 persen.

"Meskipun lonjakan harga tidak setajam tiga tahun lalu, namun kemampuan daya beli pasar dan penyerapan produk properti akan berlangsung sehat dan dinamis," tandasnya. (Hilda B Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×