kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prosedur pengisian BBM di Plumpang disorot


Senin, 14 November 2016 / 09:51 WIB
Prosedur pengisian BBM di Plumpang disorot


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) mengindikasikan, adanya campuran air di dalam solar terjadi bukan di satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), tapi  ada di beberapa SPBU di wilayah Jabodetabek. Salah satu yang sudah terbukti ada di SPBU Budi Darma di Jalan Raya Cakung-Cilincing.

Jumlah air yang ada di dalam tangki timbun milik SPBU Budi Darma itu menurut catatan KOMPAS mencapai 2 ton, dari 50 ton isi tangki.

Ketua Umum Hiswana Migas Eri Purnomohadi mengatakan, solar yang terkontaminasi air  jelas bukan dari SPBU, tetapi dari pengiriman mobil tangki bahan bakar minyak (BBM  Pertamina. "Pertanyaannya apakah waktu pengambilan BBM di depot atau tercampur di mobil tangki?" kata dia ke KONTAN, Minggu (13/11).

Menurut dia, kasus ini harus diusut tuntas dan Pertamina jangan menyalahkan pihak SPBU. Maka, ia menyarankan Pertamina melakukan penyelidikan. "Jangan langsung menimpakan kesalahan ke pihak SPBU. Pengusaha SPBU  mitra pertamina, kok langsung disalahkan. Harus melalui investigasi mendalam dan SPBU yang tercampur air tidak hanya satu SPBU, tetapi beberapa SPBU," ungkap dia.

Sekretaris Hiswana Migas Syarief Hidayat menambahkan, jika hanya tercampur seliter dua liter mungkin saja ada kelalaian. Tetapi jika jumlahnya ribuan liter, pasti ada sesuatu. "Entah apa yang salah terkait dengan prosedur di Depo Plumpang," kata dia.

Faktor yang bisa menjadi penyebab misalnya, saat pengiriman dari kapal tangker sudah tercampur air, kemudian masuk ke depo. Lalu depo masuk ke mobil tangki kemudian terkirim ke SPBU.

Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, kejadian tersebut kemungkinan besar terjadi karena stok biosolar (solar campur fatty acid methyl ester atau Fame) sangat besar, sehingga perputaran stok memakan waktu lama.

Menurut dia, Fame mempunyai sifat hidroskopis dengan bakteri. "Daya rusaknya sangat cepat berkembang, sehingga dikhawatirkan terjadi endapan air akibat Fame itu," katanya, kepada KONTAN, Minggu (13/11).

Syarief langsung membantah dugaan Ahmad Bambang. Dia mengatakan,  campuran Fame yang kecil tidak mungkin bisa berubah menjadi air. "Bukan Fame. Pencampuran produk Fame hanya 15% dan tahun ini 20% saja. Jadi tidak mungkin itu penyebabnya," tegas Syarief.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro menambahkan, Pertamina telah mengambil sampel bahan bakar yang disinyalir terkandung air. "Depot sudah melakukan pengecekan penyaluran BBM sesuai prosedur," kata dia.

Pengusaha SPBU bisa mengembalikan BBM ke depot, jika ternyata bakan yang diterima dari mobil tangki mengandung air. "Pertamina melakukan penarikan kembali apabila ada mobil tangki yang mengandung air dan terus meningkatkan quality control sepanjang jalur distribusi mulai Depot sampai SPBU," jelas Wianda.

Selain itu, Pertamina telah menyerahkan pemeriksaan lebih lanjut kepada aparat yang berwenang. Pertamina juga terus melakukan koordinasi dengan SPBU terkait, untuk mengupayakan solusi maksimal terkait dengan keluhan masyarakat.

Pertamina juga mendukung SPBU mengatasi keluhan tersebut dan siap menanggung kerugian bersama jika terdapat kerugian konsumen. Salah satunya  mengganti BBM yang dibeli konsumen.

Kata dia, penyelesaian ganti BBM kepada beberapa kendaraan sudah selesai. "Penyelesaian ganti BBM ke beberapa kendaraan ditanggulangi bersama antara Pertamina dan SPBU. Berfokus hanya pada pengisian di SPBU Cilincing," ujarnya.
 
Sayang, Wianda belum bisa membeberkan pasokan biosolar dari depo Plumpang. Namun berdasarkan catatan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), konsumsi biosolar tahun 2016 sebanyak 38,2 juta kiloliter.

Dengan kejadian campuran air dalam solar tersebut, Bambang juga bilang Pertamina akan mengganti biosolar yang dijual di SPBU dengan solar murni. "Saat ini kepada konsumen kami ganti dulu dengan solar murni," ujarnya.

Namun, dia belum bisa memastikan apakah mandatory B20 atau mencampur Fame 20% ke dalam solar akan dihentikan. "Itu, kan, kewajiban atau mandatory. Kami harus mencari solusinya," terang dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×