Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek pasar e-commerce di Indonesia akan semakin cerah pada tahun depan.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Umum idEA (Indonesia E-Commerce Association), Hilmi Adrianto di tengah dominasi Shopee sebagai pemain utama di industri e-commerce, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara.
Berdasarkan laporan Momentum Works, Shopee mendominasi pasar dengan menyumbang 40% dari total Gross Merchandise Value (GMV) Indonesia pada 2023. Posisi berikutnya diisi oleh Tokopedia, Bukalapak, dan TikTok Shop.
Hilmi Adrianto menjelaskan bahwa keberhasilan Shopee dalam menguasai pasar e-commerce Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama.
Baca Juga: Komitmen Lazada Dorong Logistik e Commerce Berkelanjutan
“Shopee berhasil menciptakan ekosistem layanan yang sangat lengkap, mulai dari beragam pilihan produk, sistem pembayaran yang variatif, hingga layanan logistik yang andal seperti Shopee Express. Semua ini menjadi kunci mengapa Shopee bisa begitu dominan,” jelas Hilmi kepada KONTAN, Rabu (2/10).
Selain ekosistem yang kuat, Hilmi menekankan bahwa ukuran pasar konsumen yang besar serta kemudahan akses yang diberikan Shopee melalui berbagai fitur dan promosi juga berkontribusi pada keberhasilan platform tersebut di Asia Tenggara. Dengan demikian, Shopee mampu memenuhi berbagai kebutuhan konsumen dari berbagai segmen.
Hilmi optimis bahwa pasar e-commerce nasional ke depannya akan terus tumbuh pesat, meskipun nama-nama besar seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop masih mendominasi. Namun, dengan munculnya platform-platform baru seperti Temu dari China, peta persaingan diprediksi akan semakin dinamis.
“Kehadiran platform baru seperti Temu bisa membawa perubahan dengan strategi bisnis yang inovatif dan harga yang kompetitif, sehingga para pemain lama harus siap beradaptasi,” ujar Hilmi.
Baca Juga: IdEA Minta Kenaikan Biaya Layanan Ecommerce Diimbangi Manfaat Tambahan
Ia menambahkan bahwa persaingan yang ketat ini akan berdampak positif pada perkembangan industri e-commerce di Indonesia, asalkan dilakukan dengan semangat persaingan sehat dan mendukung pertumbuhan UMKM serta ekonomi digital nasional.
Meskipun prospek e-commerce terlihat cerah, Hilmi mengingatkan bahwa ada tantangan yang harus dihadapi, seperti pelemahan daya beli masyarakat yang dapat mempengaruhi volume transaksi online.
“Ketika daya beli melemah, konsumen cenderung menunda atau mengurangi belanja online. Ini bisa berdampak pada kinerja merchant di platform e-commerce,” kata Hilmi.
Oleh karena itu, platform e-commerce dan para pelaku usaha harus terus berinovasi untuk menjaga minat konsumen. Hilmi menyarankan agar para merchant lebih fokus pada strategi yang menawarkan nilai tambah bagi konsumen, seperti diskon yang relevan, promosi kreatif, serta peningkatan kualitas layanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News