Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri keramik masih diterpa oleh sejumlah tantangan bisnis sepanjang 2023 berjalan. Kendati demikian, ruang pertumbuhan kinerja industri keramik masih sangat terbuka pada masa mendatang.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menilai, industri keramik nasional dihadapkan oleh masalah penurunan daya beli masyarakat dan gangguan makroekonomi global yang berdampak negatif bagi kinerja ekspor keramik nasional serta peningkatan impor produk tersebut dari China.
Hal ini berdampak pada produksi keramik nasional yang turun 3% year on year (YoY) menjadi 418 juta meter persegi (m2) selama 2023 berjalan.
Pada dasarnya, Asaki masih menganggap wajar penurunan kinerja yang terjadi di industri keramik dalam negeri. Industri keramik dinilai tetap berada dalam fase ekspansi seiring adanya peningkatan kapasitas produksi terpasang yang sudah gencar dilakukan sejak 2020 silam.
Baca Juga: Indonesia Masuk 10 Besar Penyumbang Produk Dunia, Terbesar di ASEAN
Tahun 2020 silam, kapasitas produksi keramik nasional berada di level 537 juta per m2, kemudian meningkat menjadi 589 juta unit per meter persegi pada 2023.
“Adanya kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) juga membantu para produsen keramik untuk bersaing di pasar,” kata Edy, Selasa (26/12).
Selain itu, dimulainya penyidikan atas indikasi tindakan dumping untuk produk impor asal China turut meyakinkan para produsen keramik nasional maupun para trader atau pedagang untuk berinvestasi membangun pabrik keramik baru di Indonesia.
"Besar harapan kami kebijakan antidumping produk impor China bisa diimplementasikan pada awal 2024 dengan besaran nilai tambahan bea masuk antidumping di atas 75%," jelas Edy.
Asaki juga berharap kebijakan revisi Peraturan Kementerian Perindustrian (Permenperin) soal kewajiban SNI bisa diterapkan Januari 2024. Demikian pula dengan kebijakan penetapan pelabuhan impor terbatas yang diharapkan diterapkan guna melindungi industri keramik domestik.
Baca Juga: Hadapi Sejumlah Kendala, APSyFI Sebut Kinerja Industri Manufaktur dan TPT Turun 1,5%
Tidak ketinggalan, untuk meningkatkan daya saing industri keramik nasional, Asaki berharap kebijakan HGBT untuk sektor keramik dilanjutkan oleh pemerintah.
“Kebijakan ini terbukti sudah memberikan banyak multiplier effects,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News