Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) memproyeksikan kinerja industri manufaktur dan industri tekstil produk tekstil (TPT) tumbuh negatif lebih dari 1,5%.
Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan, industri industri TPT mengalami perlambatan sejak kuartal III-2022 hingga tumbuh negatif di tahun ini.
Ia menjelaskan, kondisi ekonomi global menjadi hambatan ekspor dan tingginya stok China menyebabkan barang impor legal dan ilegal membanjiri pasar domestik.
Baca Juga: APSyFI Kritik Permendag Nomor 36/2023 Soal Kebijakan dan Pengaturan Impor
"Tren pertumbuhan sepanjang tahun ini terus negatif, ekspor juga turun 13% year on year (YoY)," kata Redma saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/12).
Redma menerangkan, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB terus turun. Pertumbuhan industri pengolahan selalu di bawah PDB, kontribusi industri TPT juga turun dari 1,35% ke 1,03%.
Industri TPT pun masih diperkirakan masih akan terperosok sampai tahun 2024 dan bisa terus berlanjut jika pemerintah tidak memberikan perhatian khusus di industri ini.
Baca Juga: Investasi Sektor Industri Tekstil Tahun Depan Diprediksi Turun
Memasuki kampanye, industri ini juga belum mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak. Pesanan memang mulai masuk seperti untuk kaus dan produk tekstil lainnya, akan tetapi masih belum signifikan berpengaruh pada pertumbuhan kinerja.
"Bahkan lebih rendah jika dibandingkan tahun politik 2019," ujar Redma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News