kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.314   11,00   0,07%
  • IDX 7.190   49,38   0,69%
  • KOMPAS100 1.031   5,12   0,50%
  • LQ45 784   4,32   0,55%
  • ISSI 236   1,76   0,75%
  • IDX30 405   2,28   0,57%
  • IDXHIDIV20 466   3,47   0,75%
  • IDX80 116   0,74   0,64%
  • IDXV30 118   1,40   1,19%
  • IDXQ30 129   0,64   0,50%

Prospek Sangat Menjanjikan, Pasar Belum Tergarap


Senin, 26 Oktober 2009 / 18:51 WIB


Reporter: Nurmayanti | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Indonesia patut berbangga karena menjadi penghasil minyak atsiri terbesar di dunia. Minyak nilam, misalnya. Sebab, sekitar 90% kebutuhan minyak Nilam dunia dengan volume 1.600 ton per tahun dipasok dari Indonesia. Minyak Atsiri merupakan bahan baku pembuatan parfum yang berfungsi sebagai pengikat. Selain itu, Atsiri juga menjadi bahan baku perasa makanan, pewangi deterjen dan lainnya.

Sayangnya, potensi itu kurang tergarap maksimal oleh para pelaku industri lokal. Hingga kini, belum ada satu pun produsen produk jadi minyak nilam lokal seperti parfum yang mampu bersaing di pasar dunia.

Bahkan, dari total ekspor minyak nilam sebesar US$ 103 juta pada 2008, nilai impor produk jadinya justru empat kali lipat hingga US$ 401 juta."Kondisi ini sebenarnya sungguh ironis," kata Ketua Dewan Atsiri Indonesia Wien Gunawan, hari ini (26/10).

Kondisi ini lantaran Indonesia belum memiliki tenaga ahli di bidang industri pengolahan parfum. Hal lain terkait teknologi pengolahan yang belum memadai dan terstandar, serta kurangnya insentif harga bagi minyak Atsiri bermutu baik.

Padahal, menurut Dirjen Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Fauzi Aziz, pemerintah bakal memberikan insentif bagi investor yang membangun industri pengolahan minyak Atsiri di Indonesia. Bentuknya, tak hanya pembebasan pajak, melainkan juga kemudahan akses pembiayaan ke perbankan.

Fauzi menyayangkan, dari total 40 jenis minyak Atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, hanya 12 jenis yang memenuhi standar ekspor. Total kapasitas produksi minyak Atsiri pun terbilang kecil, yaitu hanya 5.000 ton-6.000 ton per tahun dengan jumlah pemain 3.000 unit.

"Padahal, Indonesia mampu memiliki lebih dari 1 juta unit pemain," katanya. Itu sebabnya, Depperin akan mengembangkan kluster industri satu desa satu produk untuk industri minyak Atsiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×