Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan program gasifikasi batubara di Indonesia tetap berjalan selepas perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products hengkang dari dua proyek besar di Tanah Air.
Nantinya program gasifikasi batubara ini diharapkan bisa menghasilkan sejumlah produk lanjutan yang bernilai tambah tinggi.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif menjelaskan, hilirisasi batubara tetap berjalan tetapi arah hasil akhirnya bukan hanya Dimetil Eter (DME), tetapi bisa ammonia dan produk lain.
Baca Juga: Perusahaan Batubara Tegaskan Komitmen Lanjutkan Proyek Hilirisasi
“Misalnya saja PT Kaltim Prima Coal (KPC) tidak ke arah DME tetapi akan memproduksi Ammonia. Sedangkan Bukit Asam akan tetap DME tetapi ada juga rencana lain misalnya ke arah anoda, grafit, dan activated carbon,” ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (21/7).
Menurutnya, produk anoda akan sangat dibutuhkan ke depannya khususnya untuk baterai. Pasalnya saat ini smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) hanya akan memproduksi bahan precursor katoda baterai lithium seperti nickel sulfide dan cobalt sulfide.
“Sehingga anodanya belum ada,” ujarnya.
Baca Juga: Begini Kelanjutan Proyek Gasifikasi Bukit Asam (PTBA) Usai Mundurnya Air Product
Irwandy mengungkapkan, saat ini Bukit Asam masih berupaya mencari partner baru yang bisa mengolah batubara menjadi DME. Namun, dia belum bisa memberikan keterangan rinci perihal siapa pihak yang akan bermitra dengan perusahaan tambang pelat merah tersebut.
“Belum tahu, lagi dijajaki,” katanya.
Sebelumnya, pemerintah berharap proyek DME dapat menekan impor LPG yang saat ini masih sangat besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News