kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek hilirisasi holding tambang terhambat pandemi Covid-19 dan pasokan listrik


Selasa, 30 Juni 2020 / 16:59 WIB
Proyek hilirisasi holding tambang terhambat pandemi Covid-19 dan pasokan listrik
ILUSTRASI. CEO Mind ID Orias P. Moedak saat start up generator PLTA Tangga untuk kebutuhan listrik Inalum di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara (6/1/2020)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek hilirisasi holding pertambangan BUMN, MIND ID menemui kendala. Paling tidak ada enam proyek dari anak usaha MIND ID yang terhambat.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengungkapkan, pandemi Covid-19 membuat proyek-proyek besar harus mengalami penundaan hingga penyesuaian jadwal. Orias berdalih, kesiapan dari mitra dan juga terganggunya arus barang dan aktivitas tenaga kerja menjadi alasannya.

"Jadi ada yang secara otomatis mau tidak mau mengalami penundaan. Mitra kami tidak bisa bergerak, karena ada zona merah di wilayah ekrja kami, yang memang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan," jelas Orias dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (30/6).

Baca Juga: Rekap kinerja emiten tambang BUMN: PTBA masih untung, TINS dan ANTM rugi di kuartal I

Ada enam proyek yang dipaparkan Orias. Pertama, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek PT Inalum (Persero) dan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) ini sedang dalam tahap pengerjaan early work (pematangan lahan) dan penyelesaian Engineering Design.

Proyek smelter berkapasitas 1.000 Ktpa alumina ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 841 juta, yang ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2023. Menurut Orias, pengerjaan proyek kemungkinan baru bisa kembali berjalan pada Agustus mendatang.

"Semula kami prediksi Oktober baru mulai. Tapi rapat kemarin kami dapat kabar kemungkinan Agustus kita bisa mulai untuk tiang pancang pertama," sebutnya.

Kedua, proyek upgrading atau peningkatan teknologi tungku reduksi smelter dan refinery alumina milik PT Inalum (Persero). Proyek senilai US$ 107,7 juta ini ditargetkan bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 30 Ktpa aluminium, dan dijadwalkan rampung pada tahun 2022.

"Kita masih menunggu kesiapan, karena mitra kami dari Cina dan Timur Tengah, mereka juga mengalami masalah covid-19. Jadi ada pengaruhnya terhadap berlangsungnya proyek ini," sebut Orias.

Ketiga, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Tanjung Enim, Sumatera Selatan. PLTU ini merupakan proyek PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang bermitra dengan China Huadian Corporation.

Baca Juga: Emiten Tambang BUMN Revisi Target

Proyek berkapasitas 2 x 621,72 MW menelan biaya investasi US$ 1,68 miliar, yang ditargetkan beroperasi pada 2022. Tahapan yang sedang dikerjakan adalah konstruksi EPC dan pembebasan lahan transmisi.

Kelanjutan pekerjaan proyek ditargetkan pada September 2020. "Masih mengalami penundaan, (progres proyek) mengalami pergeseran karena covid-19. Kalau sudah terbuka pergerakan karyawan dari Cina, mitra kami segera melanjutkan proyek ini," ungkap Orias.

Keempat, proyek smelter feronikel (FeNi) Antam. Konstruksi smelter berkapasitas 13.500 ton Ni ini sebenarnya sudah mencapai 97,98%. Namun, jadwal operasional smelter ini terhambat lantaran belum memiliki pasokan listrik.

Menurut Orias, saat ini pihaknya sedang melakukan pembicaraan dengan PT PLN (Persero) agar bisa memasok listrik ke smelter FeNi yang berlokasi di Halmahera Timur itu.

"Kami menunggu jawaban dari PLN. Bila tidak memungkinkan kami akan mencari dari sumber lain untuk pembangkit listrik," sebutnya.

Kelima, proyek smelter tin ausmelt di Bangka Barat. Proyek PT Timah Tbk (TINS) ini memiliki kapasitas 40.000 ton crude tin yang ditargetkan bisa beroperasi tahun depan. Pengerjaan Engineering Procurement and Construction (EPC) direncanakan bakal berlanjut pada Oktober 2020.

"Peralatan sudah sampai, untuk pembangunan masih menunggu dibukanya kesempatan bagi para kontraktor untuk bisa berangkat ke Bangka," kata Orias.

Baca Juga: Pasca divestasi, ini rencana sinergi Vale Indonesia (INCO) dengan emiten tambang MIND

Keenam, smelter tembaga dan Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia (PTFI). Smelter yang berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIPEE) Gresik ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 3 miliar.

Rencananya, Fasilitas PMR ditargetkan bisa beroperasi Kuartal IV-2022 sedangkan smelter tembaga ditargetkan rampung Kuartal IV-2023. Namun, PTFI sudah mengajukan penundaan ke Kementerian ESDM terkait mundurnya penyelesaian smelter selama satu tahun.

Saat ini, progres proyek sedang dalam pematangan lahan dan sudah merampungkan Front End Engineering Design (FEED). Dengan progres kemajuan fisik sampai akhir Mei baru mencapai 5,86%.

Orias mengatakan, izin penundaan penyelesaian proyek ini penting karena progres pengerjaan smelter menjadi salah satu indikator terbitnya izin ekspor konsentrat tembaga PTFI.

"Jadi kami ingin ada kelonggaran, jangan sampai (proyek smelter) tertunda karena Covid-19 mengganggu izin ekspor konsentrat yang dihasilkan Freeport," pungkas Orias.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×