kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Proyek listrik 35.000 MW butuh pasokan batubara


Senin, 07 Maret 2016 / 18:41 WIB
Proyek listrik 35.000 MW butuh pasokan batubara


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mencatat, penggunaan batubara masih dibutuhkan untuk megaproyek ketenagalistrikan 35.000 Megawatt (MW). Pasalnya, 60% proyek listrik masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas sekitar 20.000 MW.

Dari hasil kajian APBI dan PricewaterhouseCoopers (PWC) sebagai konsultan mengindikasikan, untuk bahan bakar PLTU 20.000 MW akan sulit mendapatkan pasokan batubara. Hal itu seiring dengan harga komoditas batubara yang masih terus ambrol.

Ketua Umum APBI, Pandu Sjahrir mengatakan, data yang dirilis oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki cadangan terbukti (proven) 32,2 miliar ton pada tahun 2014. Dari hasil survey APBI mengindikasikan ada penurunan cadangan perusahaan batubara sekitar 29% - 40% lantaran harga penurunan harga batubara yang signifikan.

Dengan demikian, Pandu bilang, bahwa jumlah cadangan yang ada pada tahun ini hanya 7,3 miliar ton–8,3 miliar ton

“Hasil survey mengindikasikan kemungkinan cadangan batubara nasional dengan mengacu pada harga komoditas saat ini tidak cukup untuk memasok 20.000 MW untuk PLTU dalam program 35.000 MW,” terang dia di Kantor APBI, Menara Kuningan, Jakarta, Senin (7/3).

Menurut Pandu, bahwa cadangan batubara akan habis di tahun 2033 – 2036, hal itu kurang dari 20 tahun umur manfaat PLTU yang termasuk dalam megaproyek 35.000 MW yang pada umumnya 25 – 30 tahun sejak beroperasi komersial.

Sementara dilokasi yang sama, Presiden Dirketur Advisor PWC, Mirza Diran mengatakan, bahwa survey yang dilakukan untuk 25 tahun kedepan terlihat bahwa pemakaian batubara untuk PLTU tidak ekonomis.

“Bukan untuk saat ini, tapi lebih ke 25 tahun ke depan, itu karena harga tidak bagus. Kalau harga lagi bagus, lapisan satu, dua, tiga, bisa ditambang. Tapi, kalau harga lagi turun, hanya lapisan satu doang yang ditambang. Akibatnya, stripping rasio akan menjadi besar, karena lapisan pertsama setelah ditambang ditutup lagi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×