kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   2.000   0,12%
  • USD/IDR 16.380   -90,00   -0,55%
  • IDX 6.587   -162,51   -2,41%
  • KOMPAS100 967   -29,75   -2,98%
  • LQ45 748   -22,23   -2,89%
  • ISSI 205   -6,09   -2,88%
  • IDX30 388   -11,53   -2,89%
  • IDXHIDIV20 468   -13,99   -2,90%
  • IDX80 109   -3,42   -3,04%
  • IDXV30 115   -3,45   -2,91%
  • IDXQ30 127   -4,24   -3,22%

Proyek migas bisa hidupkan industri penunjang


Minggu, 27 Desember 2015 / 18:09 WIB
Proyek migas bisa hidupkan industri penunjang


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. Proyek-proyek minyak dan gas bumi di Indonesia bila sudah berjalan akan mendatangkan efek gulir yang besar. Terutama bagi industri maritim. Salah satu proyek besar yang bisa mendatangkan efek gulir itu adalah proyek Blok Masela yang memiliki cadangan gas mencapai 10,73 trilion cubic feet (tcf).

Menurut Kepala Divisi Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Elan Biantoro, setiap proyek yang dijalankan sudah semestinya menciptakan multiplier effect.

Juru Bicara Konsorsium Maritim, Ketut Buda Artana mengatakan proyek milestone migas ini bisa menghidupkan industri maritim seperti manufaktur, fabrikasi, transportasi. "Jika nanti keputusannya menggunakan floating LNG, pasti kita membutuhkan kapal-kapal pendukung. Lalu kalau memakai gas alam cair di darat, otomatis akan menumbuhkan industri di darat seperti pembangunan pembangkit, petrokimia, dsb," kata Ketut kepada KONTAN pada Kamis (17/12).

Makanya, Ketut selalu mengingatkan kepada pemerintah dan pihak yang bertanggungjawab, bahwa jika akhirnya menggunakan FLNG maka harus disiapkan infastruktur di darat untuk bisa menerima dengan baik.

Dari sisi multiplier effect, kata Elan dari proyek migas tersebut efeknya memang tidak bisa langsung dirasakan, dan harus mengorbankan beberapa aspek
keekonomian, tetapi kedepannya akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar di industri lain.

Elan juga ingin dalam menjalankan proyek besar ini, berfikirlah sebagai negara bukan sebagai entitas bisnis migas saja. "Tidak semata-mata untuk kepentingan di hulu saja atau di migas saja tetapi di situ bisa membangun industri semen atau perikanan," ujar Elan kepada KONTAN pada Kamis (17/12).

Seperti industri semen yang dikatakan Elan, membutuhkan pembangkit listrik. Listrik tersebut membutuhkan energi. Energi yang dimiliki negara, sebaiknya jangan dimanfaatkan untuk ekspor seluruhnya tetapi juga disisihkan untuk industri di daerah. "Kalau di ekspor misalnya mendapat keuntungan 10, tetapi jika dimanfaatkan di daerah sebagiannya, hanya mendapat keuntungan 7," jelas Elan.

Kerugian 3% itu bisa menghasilkan 50 atau lebih untuk industri semen. "Itu yang harus kita pikirkan. Walau rugi sedikit tetapi di industri lain kita untung besar," lanjut Elan.

Balik ke efek gulir industri migas, nyatanya banyak perusahaan yang merasa diuntungkan dengan hadirnya proyek milestone ini. Seperti yang sudah disinggung di atas, proyek ini bisa dimanfaatkan oleh industri galangan kapal, transportasi, maupun fabrikasi.

Direktur Keuangan PT Logindo Samudramakmur, Sundap Carulli bilang Logindo sudah mengantisipasi dan memonitor perkembangan proyek-proyek besar ini. "Sebenarnya kami siap menunjang dengan armada-armada milik kami bersama dengan rekan-rekan yang lain," ungkap Sundap kepada KONTAN pada Jumat (18/12).

Namun, situasinya sekarang kata Sundap justru utilisasinya sudah rendah. Logindo sebelumnya sudah menginvestasikan lima kapal besar untuk menunjang kegiatan eksplorasi ini. "Ini melempem setelah harga minyak menurun kemarin sehingga utilisasinya agak turun," ujarnya.

Asal tahu, Logindo Samudramakmur adalah perusahaan di bidang pelayaran yang banyak melayani klien perusahaan migas yang memiliki bisnis pengeboran lepas pantai.

Dari sisi Logindo, mereka sebenarnya sudah siap karena strategi dan visi kedepannya sudah sangat baik tetapi sampai sekarang proyek-proyek migas tersebut realisasinya sedikit terbengkalai. Sundap juga mengklaim, Logindo akan menyiapkan dana lebih untuk mengikuti tender-tender tersebut. "Kontrak yang baik pasti Bank akan berikan. Jadi kalau kita ambil tender kapal itu tentunya dananya dari internal dan pinjaman bank," papar Sundap.Porsi pendanaan untuk tender ini biasanya 30% dari dana sendiri, dan 70% pinjaman dari bank.

Sementara salah satu perusahaan fabrikasi PT Mcdermott Indonesia juga merasakan bahwa proyek migas ini memiliki efek gulir bagi industri lainnya. Namun, Presiden Direktur Mcdermott Indonesia, Mudhito A. Prakosa menyayangkan adanya kesenjangan yang cukup signifikan antara kemampuan dan kapasitas produksi dalam negeri untuk menyuplai barang permanen. "Selain itu kepastian akan keputusan dan waktu pelaksanaan proyek juga masih menjadi pertanyaan terutama untk proyek-proyek hulu migas untuk fasilitas produksi," kata Mudhito kepada KONTAN pada Jumat (18/12).

Mudhito menambahkan ketidakpastian proyek hulu itu diantaranya akibat melimpahnya pasokan minyak dan gas di pasar dunia serta harga minyak yang masih dibawah $40 per barel dengan kecenderungan yg masih turun.

Namun saat ditanya apakah Mcdermott siap mendukung proyek migas besar ini, Mudhito belum mau berkomentar jauh karena yang terpenting adalah
bagaimana kesiapan industri penunjang migas pada sektor produksi dan suplai barang.

"Untuk proyek yang nilainya miliaran dollar, kesempatan berkembangnya industri dalam negeri sektor penunjang migas menjadi luar biasa besar. Harus ada pemimpin besar semacam program director yang menjadi panglima untuk berkembangnya kemampuan produksi," tambah Mudhito.

Hal sama dilontarkan oleh Theo Lekatompessy, Direktur Utama PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk, impact dari proyek ini sangat positif tetapi kebijaksanaan pelaksanaannya harus jelas. "Masalah ini sangat makro dan 'njelimet. Ekspor itu kerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar, jadi harus diimplementasikan secara lintas departemen dan lembaga dalam sistem yang jelas, terpadu, dan terintegrasi," jawab Theo kepada KONTAN pada Sabtu (19/12).

Karena ini proyek besar Theo berharap porsi untuk menggunakan jasa dari nasional atau lokal harus lebih besar dan mayoritas. Theo juga memprediksi bahwa nanti pada semester I 2016, proyek migas ini belum bisa berjalan dengan semestinya karena masih menunggu keputusan-keputusan pemerintah. Apalagi ditambah dengan kasus freeport yang sudah merambah ke ranah politik. "Mudah-mudahan pemerintah tetap rasional dan jeli, bahwa keputusan ekonomis itu antara perdagangan sama politik itu berbeda," jelasnya.

Jika proyek besar ini benar-benar jalan, Humpuss juga siap dalam mendukung program pemerintah karena sebelumnya Humpuss sudah berpengalaman pada proyek migas di Blok Arun. "Kita tidak siapkan dana khusus untuk proyek ini, karena kontrak yang besar sudah pasti banyak bank yang akan membantu. Terlebih Humpuss memiliki kapal-kapal sendiri, jadi bebas hutang," ungkap Theo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×