Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan kawasan hunian yang terintegrasi dengan konektivitas publik atau Transit Oriented Development (TOD) diproyeksikan akan semakin diminati. Prospek cerah hunian TOD bakal didorong beroperasinya transportasi publik, termasuk lewat proyek Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT).
Managing Partner Coldwell Banker Commercial Indonesia Tommy Bastamy menyampaikan, pengembangan hunian dengan konsep TOD akan menjadi alternatif yang semakin menarik. Ada sejumlah alasan mengapa konsep TOD semakin prospektif.
Pertama, dapat menghemat waktu karena akses ke multi moda transportasi yang memadai. Kedua, menghemat biaya transportasi karena ketergantungan terhadap kebutuhan kendaraan akan berkurang.
Ketiga, mendukung gaya hidup (lifestyle) yang lebih sehat karena mengoptimalkan berjalan kaki dan terbatasnya trafik kendaraan bermotor di kawasan.
"Ke depan hunian dalam kawasan TOD memiliki prospek yang lebih tinggi lagi sehubungan dengan peningkatan infrastruktur dan public transportation khususnya yang berbasis “rail way” seperti LRT dan MRT akan semakin besar dalam beberapa tahun ke depan," terang Tommy kepada Kontan.co.id, Selasa (20/4).
Baca Juga: Ada insentif PPN, LRT City Sentul genjot penjualan hunian
Kendati begitu, Tommy mengingatkan bahwa kawasan TOD seharusnya memiliki sejumlah karakteristik utama. Yakni lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki (walkable neighborhood), berupa kawasan mixed use terintegrasi, terakomodasi dengan peralihan multimoda yang memadai, dan kebutuhan parkir yang lebih minimal.
Menurut Tommy, konsep TOD juga akan menarik dari sisi pengembang. Pertama, pengembangan memungkinkan untuk high density dalam kawasan TOD yang akan memberikan efisiensi dalam biaya pengembangan.
Kedua, tidak perlu menyediakan fasilitas parkir yang maksimal. Ketiga, terdapat insentif parameter pengembangan bagi proyek yang mengusung konsep TOD.
"Selain menarik bagi pengembang, hunian TOD ini juga bisa menjadi alternatif bagi kaum milenial yg membutuhkan konsep hunian yang praktis dan terintegrasi," kata Tommy.
Dihubungi terpisah, Director Advisory Services Colliers International Indonesia Monica Koesnovagril juga menilai, TOD menjadi konsep hunian yang tepat untuk diterapkan di kawasan perkotaan. Apalagi dengan tingkat kemacetan yang tinggi, masyarakat akan beralih pada transportasi massal dengan waktu tempuh lebih cepat, lewat hunian yang bisa dicapai dalam waktu lebih singkat.
"Masyarakat kota bergerak semakin cepat, sehingga untuk sehari-hari mereka memilih hunian yang dapat dijangkau dengan cepat," kata Monica.
Adapun pada umumnya, hunian TOD dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan terpadu (hunian dan komersial), sehingga membuat penghuni dapat tinggal dan memenuhi kebutuhannya dan akses ke pekerjaannya. Alhasil, perpaduan itu bisa menjadi lebih efisien.
"TOD juga lebih tepat bagi kaum milenial dengan karakteristik yang serba cepat dan efisien," sebut Monica.
BUMN dan emiten turut garap TOD
Para pengembang pun mulai serius menggarap kawasan TOD. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun mendukung konsep hunian tersebut. Menteri BUMN Erick Thohir bahkan menyebut TOD ini akan menjadi hunian perkotaan di masa depan.
Selain memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan, TOD juga bisa membantu menekan macet di perkotaan seperti di Jakarta. "Penduduk Indonesia sekarang didominasi usia produktif yang menuntut efisiensi baik dalam hal waktu maupun pekerjaan. Jadi ini bisa menjadi primadona generasi milenial," ungkap Erick saat menghadiri prosesi topping off Tower Cattleya, Samesta Mahata Serpong, pekan lalu.
Proyek tersebut digarap oleh Perum Perumnas. Samesta Mahata Serpong rencananya akan dibangun dalam 2 tahap terdiri dari 3.632 unit hunian. Berada di lahan Stasiun Rawabuntu, hunian ini tidak saja terintegrasi transportasi KRL, tetapi juga berada di akses pintu masuk tol Serpong - Jakarta dan jalan utama Tangerang Selatan juga mengedepankan pemanfaatan moda transportasi umum.
Ke depannya, hunian ini pun akan terkoneksi dengan LRT menuju Bandara Soekarno-Hatta dan perpanjangan jalur MRT dari Stasiun Lebak Bulus hingga Stasiun Rawabuntu.
Baca Juga: Adhi Commuter Properti dan PPD garap kawasan TOD senilai Rp 2 triliun
BUMN lain juga melakukan sinergi. Antara lain PT Adhi Commuter Properti (ADCP) yang menjalin kerja sama dengan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) dalam mengembangkan kawasan berbasis transportasi massal yang dilengkapi dengan akses transportasi umum Bus Rapid Transit (TransJakarta) di lahan milik PPD.
PPD memiliki lahan seluas 66.400 m2 di Kawasan Pool Bus Ciputat. Dari hasil kerja sama disepakati, Adhi Commuter Properti akan mengembangkan kawasan seluas 52.875 m2 dari lahan tersebut.
“Kami konsisten dalam pengembangan kawasan properti berbasis transportasi massal (TOD) seperti LRT dan Commuter Line, dengan brand LRT City dan Adhi City. Dan dalam kesempatan kali ini, kami bersama Perum PPD mengembangkan properti yang juga berbasis transportasi massal, yakni di titik pool PPD Transjakarta Ciputat," kata Direktur Utama ADCP Rizkan Firman dalam keterangan resminya, Senin (19/4).
Proyek ini akan mengusung nama Oase Park - Member of LRT City. Nilai proyek ini diperkirakan mencapai Rp 2 triliun dan akan dikembangkan mulai tahun 2021 hingga tahun 2024.
Pengembang swasta pun tak ketinggalan untuk menggarap hunian berkonsep TOD. PT Intiland Development Tbk (DILD), misalnya, sejak tahun 2019 telah meluncurkan program kampanye bertema #LivingConnected.
Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi menyampaikan, program tersebut sebagai apresiasi atas dimulainya operasional MRT, sekaligus upaya membangun kesadaran publik akan pentingnya hidup terkoneksi. "Hampir seluruh proyek Intiland di Jakarta terhubung dan lokasinya berdekatan dengan jalur transportasi publik modern, seperti MRT dan Transjakarta," kata Theresia kepada Kontan.co.id, Selasa (20/4).
DILD memiliki delapan properti yang dilalui moda transportasi publik modern. Yakni kawasan mixed use & high rise South Quarter di TB Simatupang, Apartemen SQ Res di kawasan South Quarter, Fifty Seven Promenade di Thamrin, gedung perkantoran Intiland Tower di Sudirman, 1Park Avenue di Gandaria, serta Serenia Hills, South Grove, dan Poins di Lebak Bulus.
Menurut Theresia, minat masyarakat terhadap hunian TOD terus meningkat. Hal itu tergambar dari permintaan serta peningkatan harga properti yang cukup signifikan, khususnya di Jakarta Selatan seperti Lebak Bulus, Cilandak dan Fatmawati.
Dari rentang usia, permintaan properti saat ini cenderung didominasi oleh end user seperti keluarga muda yang hendak membeli hunian pertamanya. "Kami percaya beragam moda transportasi publik ini memberikan manfaat nyata. Tak hanya menciptakan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga meningkatkan nilai investasi kawasan," sebut Theresia.
PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) juga menggarap hunian TOD. Direktur MTLA Olivia Surodjo mengatakan, pihaknya memiliki proyek perumahan kelas menengah dengan rentang harga Rp 400-an juta hingga Rp 800-an juta di Bekasi.
"Saat ini project yang kita punya direct access ke KRL itu Metland Cibitung. Untuk stasiunnya sendiri sudah jadi dan di resmikan di Agustus 2019 lalu," sebut Olivia.
Selanjutnya: Urban Jakarta Propertindo (URBN) tangkap prospek berkilap dari hunian TOD
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News