Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menjalankan program penelitian dan pengembangan alias Research and Development (R&D) untuk mengembangkan batubara kalori rendah menjadi asam humat.
Adapun, asam humat merupakan zat organik yang dicampurkan ke pupuk. Zat ini dapat membantu menyuburkan dan meningkatkan kualitas tanah dengan cara memperbaiki struktur, menjaga kelembaban, dan membantu tanaman menyerap nutrisi lebih baik.
Peluncuran purwarupa (protoype) asam humat telah dilakukan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Peranap, Indragiri Hulu, Riau, pada Kamis (12/12) pekan lalu. Prototype tersebut selanjutnya akan dikembangkan untuk menuju pilot project.
Baca Juga: Grup Merdeka Ungkap Prospek Kinerja MDKA dan MBMA Beserta Proyek Ekspansinya
Direktur Utama Bukit Asam, Arsal Ismail mengungkapkan pentingnya pengembangan dan inovasi-inovasi terkait hilirasasi batubara. Langkah R&D batubara menjadi asam humat merupakan salah satu upaya PTBA untuk menghadirkan produk turunan dari batubara.
"Sehingga sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri," kata Arsal dalam siaran tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (17/12).
Menurut Arsal, hilirisasi batubara menjadi asam humat juga untuk mendukung program prioritas Astacita pemerintah dalam hal swasembada pangan. Pengembangan batubara menjadi asam humat akan membantu pemenuhan kebutuhan produk pupuk untuk mendukung ketahanan pangan.
"Prototype asam humat ini adalah awal dari perjalanan panjang menuju pengembangan produk yang bernilai tinggi. Kami optimistis inovasi ini akan memberikan manfaat besar tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pembangunan berkelanjutan," ungkap Arsal.
Baca Juga: Grup MIND ID Lepas Tukik Penyu Sisik di Belitung, Dukung Kelestarian Ekosistem Laut
Koordinator Tim Peneliti UGM, Ferian Anggara mengatakan hasil riset awal menunjukkan batubara kalori rendah dari IUP Peranap dapat menghasilkan asam humat berkualitas. "Dengan produksi asam humat, kita dapat memanfaatkan lahan-lahan kritis. Bisa menggunakan komposisi asam humat untuk penambah unsur hara dan menyesuaikan kadar pH tanah," terang Ferian.
Pada tahun ini, PTBA juga telah mendalami potensi hilirisasi batubara melalui kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). PTBA dan BRIN memulai pilot project konversi batubara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai lithium-ion (Li-ion).
Peluncuran perdana (soft launching) pilot project berlangsung di Kawasan Industri Tanjung Enim pada 15 Juli 2024. Selain hilirisasi batubara, proyek prioritas yang saat ini sedang digarap oleh PTBA adalah meningkatkan kapasitas angkutan batubara Tanjung Enim - Keramasan dengan kapasitas 20 juta ton per tahun.
Selanjutnya: Piutang Pembiayaan BNPL Tumbuh Signifikan per Oktober, OJK Beberkan Penyebabnya
Menarik Dibaca: Yogyakarta Hujan Ringan Mulai Sore, Pantau Prakiraan Cuaca Besok di DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News