Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - PEKANBARU. Dua pabrik kelapa sawit berikut kebun inti milik PT Perkebunan Nusantara V berhasil meraih sertifikat budidaya dan pengelolaan perkebunan sawit lestari dan berkelanjutan internasional atau yang lebih dikenal dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), dari lembaga sertifikasi independen internasional TUV Rheinland.
Chief Executive Officer PT Perkebunan Nusantara V, Jatmiko Santosa, mengatakan kedua sertifikasi perdana tersebut diraih oleh unit pabrik kelapa sawit (PKS) dan kebun Sei Galuh, Kabupaten Kampar, serta PKS dan kebun Sei Buatan di Kabupaten Siak, Riau.
"PTPN V kembali memperoleh penambahan dua sertifikasi baru RSPO yang diraih PKS dan Kebun Sei Galuh serta PKS dan Kebun Sei Buatan," kata Jatmiko dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru, Senin (12/9).
Dengan penambahan dua sertifikasi tersebut, PTPN V kini telah memiliki 12 sertifikasi RSPO.
Baca Juga: PTPN V Catat Laba Bersih Rp 1,3 Triliun Sepanjang Tahun Lalu
"Sertifikat RSPO ini adalah bukti bahwa PTPN V terus berkomitmen sebagai produsen CPO (minyak sawit mentah) dengan menerapkan konsep bisnis lestari dan berkelanjutan di Riau," tuturnya.
Saat ini, PTPN V sendiri tercatat telah mengantongi 12 sertifikat RSPO, terdiri dari 11 PKS dan satu unit pabrik inti sawit atau palm kernel mill (PKO).
Tahun ini, perusahaan yang baru-baru ini dinobatkan sebagai anak perusahaan perkebunan milik negara terbaik di Indonesia hasil penelitian Biro Riset Infobank tersebut menargetkan seluruh 12 PKS dan satu PKO perusahaan BUMN itu mengantongi sertifikasi RSPO.
Sertifikasi tersebut, kata dia, akan menjadi pemicu bagi segenap insan perusahaan dalam upaya untuk terus mengimplementasikan program transformasi BUMN dan bisnis yang berkelanjutan pada tahun-tahun mendatang.
Baca Juga: PTPN Berupaya Dukung Pemenuhan Kebutuhan Minyak Goreng Nasional
"Tahun ini, kami komitmen menargetkan seluruh PKS dan PKO PTPN V segera bersertifikat RSPO, sebagaimana seluruh pabrik kami telah mengantongi sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO),” ujarnya.
Jatmiko menambahkan, bahwa industri kelapa sawit bukan hanya terbatas sebagai komoditas strategis dan prospektif untuk meningkatkan ekonomi dan mengentaskan kesenjangan di masyarakat, melainkan juga harus berbasis lingkungan.