Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Adi Wikanto
Potensi Bisnis PLTS Triliunan Rupiah
Selain REC, PLN juga membidik ceruk bisnis di pembangkit energi surya. PLN melalui Subholding Icon+ mengembangkan PLTS Atap atau PV Rooftop Solar Cell melalui skema business to business (B2B) dan Business to Costumer (B2C).
Potensi pemasangan PLTS Atap yang sudah dilihat PLN sebesar 1 Gigawatt peak (WGp) dengan target pendapatan Rp 2,6 triliun sampai 2027.
PLN Icon Plus akan mengandalkan strategi bundling dengan layanan smart green solution ke sektor kawasan industri dan perumahan untuk meningkatkan permintaan PLTS Atap.
Direktur Utama PLN Icon Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi menjelaskan, salah satu strategi untuk memonetisasi bisnis panel surya atap adalah dengan mengintegrasikannya dengan layanan lain yakni smart green solution. Pelanggan akan mendapatkan pengalaman menggunakan PLTS Atap yang dibundling dengan konsep rumah pintar (smart home).
Sebagai langkah awal, pihaknya membangun kolaborasi dengan seluruh unit usaha PLN Group. Kantor-kantor PLN menjadi saluran pemasaran layanan pintar dan hijau. Kemudian, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan ekosistem pabrikan solar panel, EPC, untuk membangun bisnis bersama.
“Setelah itu kami membangun kolaborasi bersama developer kawasan perumahan untuk solusi terintegrasi dan juga asosiasi kawasan industri. Memang PLTS Atap sangat valuable menurunkan emisi karbon dan memenuhi kebijakan menurunkan emisi,” ujarnya ditemui di sela acara Enlit Asia 2023 di ICE BSD, Selasa (14/11).
Kerja sama dengan kawasan industri dan pengembang perumahan sudah terjalin sejak tahun lalu. Hanya saja, kolaborasi dengan pengembang perumahan, salah satunya Perumnas, baru merealisasikan integrasi internet dan smart home. Ke depan, kerja sama ini akan diperluas untuk pemasangan PLTS Atap.
Lantas di sektor kawasan industri, PLN Icon Plus sudah mendapatkan permintaan cukup besar di mana sudah ada beberapa perusahaan yang mulai memasang Surya Atap.
“Sudah ada pelanggan industri business to business yang berlangganan internet Icon+, smart building, dan PLTS Atap yang dipasang dalam satu kesatuan solusi,” ungkapnya.
Ari mengungkapkan, pihaknya memulai kolaborasi dengan memasang kurang lebih 10 Megawatt (MW) PLTS Atap di sekitar 20 perusahaan yang beroperasi di kawasan industri Karawang hingga Jawa Tengah.
Di tahun depan, PLN Icon Plus melihat prospek pemasangan PLTS Atap yang menjanjikan di kawasan industri karena permintaannya terus meningkat.
“Ke depan kami melihat peluangnya bisa bertumbuh eksponensial karena permintaan mulai naik. Harapannya dalam jangka panjang kami menyiapkan kapasitas 2 GW-3GW yang tentunya bertahap di sepanjang tahun,” jelasnya.
Hingga saat ini, pasokan panel surya untuk melayani permintaan itu, masih dipenuhi dari luar negeri. Dikhususkan panel surya tier-1 untuk menjamin kualitas panel surya.
Meski demikian, pihaknya banyak berharap dari ground breaking pabrikan solar panel di Indonesia yang dilakukan PLN Indonesia Power Renewables dengan PT Trina Daya Agra Energy (TDAE) di Kawasan Industri Kendal, Jawa Barat.
Kelak pabrik panel surya tersebut beroperasi, Ari menyatakan, ini menjadi suatu peluang bagi PLN Icon Plus dalam melakukan efisiensi biaya dan meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
Melihat prospek yang cerah ini, PLN Icon Plus berharap pendapatan di 2024 tumbuh 30% year on year (YoY) dibandingkan 2023. Secara nilai, pendapatan perusahaan ini diprediksi akan di atas Rp 5 triliun dari seluruh layanan.
Ari berharap, untuk mendorong pemasangan PLTS di dalam negeri, pemerintah dapat menyiapkan kebijakan yang mendorong orang lebih mudah menggunakan panel surya.
“Jadi mungkin ada semacam insentif untuk pemasangan PLTS Atap supaya jadi makin mudah diakses,” ujarnya.
Selain menjual jasa pemasangan PLTS, PLN juga masuk ke industri manufakturnya dengan membangun pabrik panel surya.
Perusahaan gabungan antara PLN Indonesia Power Renewables dengan PT Trina Daya Agra Energy (TDAE) ini nantinya akan memproduksi sel dan panel surya. Di mana TDAE adalah gabungan Trina Solar Co. Ltd. dan joint venture antara PT Dian Swastatika Sentosa dan PT Agra Surya Energy.
Saat ini, pembangunan Pabrik Sel dan Panel Surya terbesar di Indonesia tengah dilakukan di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Guna mencapai target produksi sebesar 1 Gigawatt Peak (GWP) akan digunakan teknologi TOPCon (Tunnel Oxide Passivated Contact) yang belum ada di industri Solar PV dalam negeri. Melalui teknologi TOPCon, efisiensi panel surya dapat ditingkatkan menjadi 28,7% dari rata-rata efisiensi saat ini berkisar 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News