Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arief Susanto menyampaikan, terdapat pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan dalam upaya pengembangan industri pengolahan kakao di Indonesia. Di antaranya adalah memastikan ketersediaan bahan baku. Langkah yang perlu ditempuh adalah meningkatkan produktivitas kakao.
“Di Indonesia terdapat lebih dari 1 juta petani kakao yang apabila peningkatan produktivitas ini terus dipacu maka akan berdampak positif pula pada peningkatan pendapatan dari para petani,” ungkapnya.
Selain itu, pemerintah perlu mengatasi wabah dalam penanaman kakao. Sebab, mengelola kebun kakao ini seperti bayi yang perlu perawatan. Jadi, harus ada terobosan untuk penyuluhan dalam perawatannya.
Baca Juga: Kementan Targetkan Produksi Beras Capai 54,5 Juta Ton di Tahun Ini
Menurut Arief, pemerintah perlu menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam upaya regenerasi petani kakao, khususnya kaum milenial.
Pemerintah pun diharapkan memasukkan industri pengolahan kakao menjadi program prioritas untuk dikembangkan di Indonesia. Pasalnya, telah terbukti memberikan dampak yang luas bagi perekonomian.
Sudah banyak sektor lain yang ikut terlibat dalam pengembangan industri kakao, seperti di sektor pertambangan. "Mereka punya program untuk menutup bekas lahan tambangnya menjadi kebun kakao sehingga turut meningkatkan pendapatan masyarakat setempat,” tuturnya.
Sementara itu, Co Founder Pipiltin Cocoa, Irvan Helmi mengemukakan, menjalankan bisnis cokelat artisan Pipiltin Cocoa dimulai sejak tahun 2013 yang berawal dari keinginan agar produk cokelat Indonesia dikenal di dunia. Hal ini didukung potensi besar dari petani lokal yang dapat menghasilkan keanekaragaman cokelat asal Indonesia dengan kualitas yang sangat baik.
Baca Juga: Perbaikan Produktivitas Tanaman Tebu di Pabrik Gula Glenmore Meningkat Signifikan
Selama menjalankan Pipiltin Cocoa, Irvan bersama karyawannya mewujudkan misi untuk meningkatkan kesejahteraan petani kakao Indonesia. Salah satu upayanya adalah membeli langsung dengan harga yang layak dan premium.
Sesuai dengan tema “Diversity” dan tagline “Beda-beda itu enak” yang dikampanyekan Pipiltin Cocoa, keberagaman bisa dirayakan dengan berbagai macam cara. Saat ini, Pipiltin Cocoa menghadirkan cokelat dari beberapa provinsi, seperti Ransiki Papua Barat 100%, Aceh 84%, Kampung Merasa Kalimantan Timur 74%, Aceh 73%, Ransiki Papua Barat 72%, Bali 70%, East Java 65%, Flores 65%, dan Bali 60%.
Irvan pun menilai, Indonesia merupakan negara penghasil cokelat spesifik paling beragam di dunia. Tidak ada satu negara pun yang bisa menyaingi apa yang dimiliki Indonesia.
"Mungkin ada yang bisa menyaingi jumlah ekspor, tapi tidak untuk keragaman. Ini yang membuat kami fokus ke cokelat Indonesia,” pungkas Irvan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News