Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
Menurut Aas, para produsen pupuk, yaitu PT Pupuk Kaltim, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Pupuk Kujang dan PT Pupuk Iskandar Muda Aceh berhasil menjaga kehandalan pabrik sehingga menjadi faktor pendukung tingginya produksi. “Hal ini tercermin dari meningkatnya efisiensi penggunaan bahan baku gas," tambahnya.
Penyaluran pupuk bersubsidi di tahun 2019 tercatat sebesar 8.708.912 ton. Secara persentase, pencapaian ini hanya 91,19%, dikarenakan adanya penyesuaian jumlah alokasi dan penugasan dari Pemerintah.
Sebagai catatan, penugasan pupuk subsidi Perseroan di tahun 2018 adalah 9.550.000 ton, namun Pemerintah melakukan penyesuaian menjadi 8.870.000 ton di 2019. “Kami tentunya mengapresiasi upaya anak perusahaan, khususnya produsen pupuk, dalam menjaga pasokan pupuk ke sektor subsidi sehingga kebutuhan dapat terpenuhi sesuai alokasi," kata Aas.
Dalam hal penjualan, Perseroan terus meningkatkan penetrasi pasar ke sektor non PSO, khususnya ke perkebunan dan ekspor. Sepanjang 2019, tercatat penjualan pupuk ke sektor komersil sebesar 3.872.740 ton untuk semua jenis pupuk, angka ini setara 111,61% dari target RKAP.
Termasuk juga penjualan ekspor sebesar 2.053.035 ton di tahun 2019, atau 138,81% dari target. Pencapaian penjualan urea di sektor komersil lebih tinggi dari rencana. Hal itu dikarenakan Perseroan berhasil menjaga daya saing, memanfaatkan tingginya permintaan dan momentum harga yang kompetitif di pasar internasional.
Aas menegaskan ekspor hanya dilakukan bila kebutuhan dan stok dalam negeri sudah terpenuhi. "Kami tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, dan menjalankan penugasan Pemerintah untuk memproduksi dan mendistribusikan pupuk bersubsidi," imbuh dia.
Baca Juga: Ḍukung PSBB, Pupuk Indonesia bagikan sembako
Kendati demikian, lanjut Aas, sepanjang 2019 kondisi pasar petrokimia internasional dalam kondisi yang kurang baik, ditandai dengan menurunnya harga komoditas amoniak dan urea. Harga jual amoniak internasional berada pada kisaran US$ 211 - US$ 330 per ton, turun signifikan dibandingkan tahun 2018 yang berada pada kisaran US$ 270 - US$ 375 per ton.
Di sisi lain harga jual urea internasional berada pada kisaran US$ 234 - US$ 290 per ton, merosot dibandingkan tahun sebelumnya yang berada pada kisaran US$ 244 - US$ 353 per ton. Hal ini tentunya cukup berdampak kepada pendapatan dan laba Perseroan secara keseluruhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News