Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Pupuk Indonesia terus melakukan ekpansi bisnis. Perusahaan pelat merah ini menyiapkan belanja modal Rp 6 triliun-Rp 7 triliun merealisasikan ekspansinya tahun ini.
Dana tersebut akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan pabrik Amoniak Urea II di Gresik, membangun pabrik NPK baru di dua lokasi serta membangun pembangkit listrik di Gresik.
"Sebesar Rp 2,5 triliun dari capex tersebut akan digunakan untuk pembangunnan pabrik amoniak II dan sisanya untuk membangun pabrik NPK dan untuk pembangkit listrik di Gresik," ungkap Indarto Pamoengkas, Direktur Keuangan PT Pupuk Indonesia (persero) pada KONTAN, Senin (3/7).
Pembangunan pabrik pupuk tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia. Maklum saat ini, kapasitas produksi perusahaan masih 12 juta ton per tahun. Sedangkan pembangunan pembangkit listrik Gresik Gas Cogeneration Plant (GGCP) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan uap di Pabrik Petrokimia Gresik.
Pabrik Amorea II Gresik memiliki kapasitas produksi amoniak 660.000 ton per tahun dan urea 570.000 ton per tahun. Saat ini progres pembangunannya sudah mencapai 80%. Meskipun sudah cukup signifikan, namun Pupuk Indonesia memperkirakan pembangunan pabrik tersebut baru akan rampung tahun 2018.
Sementara pembangunan pabrik NPK baru akan dilakukan melalui anak usahanya Pupuk Kujang dan Pupuk Kaltim. Pupuk Indonesia menargetkan kapasitas produksi pupuk NPK dalam dua hingga tahun ke depan akan mencapai 6 juta ton per tahun. Saat ini, kapasitas produksi pabrik NPK baru mencapai 3 juta ton per tahun.
Pupuk NPK baru di Pupuk Kujang akan dibangun dengan kapasitas 500.000 ton-1 juta ton per tahun. Sementara di Pupuk Kaltim akan dibangun 1 juta ton per tahun. Indarto mengatakan, pihaknya juga akan membangun pupuk NPK baru di anak usahanya yang lain tahun depan selain dua lokasi tersebut.
"Saat ini pembangunan pabrik NPK di Kujang dan Kaltim masih dalam proses desain dan ditargetkan pembangunannya bisa dimulai akhir tahun ini," kata Indarto.
Adapun pembangunan pembangkit listrik Gresik saat ini masih dalam proses pengerjaan. Pupuk Indonesia menargetkan pembangunan pembangkit tersebut sudah selesai tahun ini sehingga bisa menyupplai kebutuhan listrik pabrik Amorea II yang ditargetkan akan beroperasi awal tahun depan.
Selain di Gresik, Pupuk Indonesia melalui anak usahanya PT Pupuk Indonesia Energi juga akan terus melakukan ekpansi pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di pabrik-pabrik yang mereka punya. Indarto bilang saat ini Pupuk Indonesia sedang mengkaji membangun pembangkit listrik di beberapa lokasi.
Selain itu, Pupuk Indonesia juga berencana mengembangkan industri petrokimia di Bintuni Papua Barat dengan menggandeng perusahaan asal Jerman bernama Ferostal Indonesia.
Indarto bilang, rencana pengembangan proyek Petrokimia Bintuni tersebut masih dalam proses studi kelayakan saat ini. "Proses kajiannya masih lama karena pembangunan industri seperti itu membutuhkan infrastruktur. Kita lagi minta kemudahan-kemudahan kepada pemerintah termasuk untuk subsidi harga gas. Kami minta ke pemerintah harga gas US$ 3 MMbtu-US$ 4 MMbtu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News