Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Imbas dari kondisi pusat perbelanjaan yang sepi juga dirasakan oleh pemilik toko. Salah satu pemilik toko di Lantai Ground PGC yang menolak disebutkan namanya mengaku kewalahan dalam membayar biaya operasional bulanan. Ia bercerita, pendapatan yang didapat sudah tidak bisa menutupi biaya operasional bulanan tokonya belakangan ini.
Tidak jarang, ia tidak mencatatkan omset sama sekali dalam sehari di tengah sepinya pengunjung, sementara biaya operasional mulai dari biaya sewa, upah karyawan, dan lain-lain mesti terus dibayar. Walhasil, alih-alih bisa cuan, dirinya justru terpaksa harus nombok untuk memenuhi tagihan biaya operasional.
“Kita enggak tahu sampai kapan bisa bertahan kalau begini terus,” katanya ketika bercakap dengan Kontan.co.id (12/8).
Nahasnya, kondisi pusat perbelanjaan yang sepi pengunjung juga tidak bisa disiasati dengan menggenjot penjualan secara daring. Alasannya, kegiatan pemasaran untuk produk/barang tertentu seperti misalnya pakaian, sepatu, kacamata, ataupun contoh barang lainnya memang mesti dilakukan secara langsung alias tatap muka, sebab pembeli dari barang-barang tersebut biasanya merasa belum yakin untuk membeli kalau belum mencoba barang.
Di sisi lain, persaingan di pasar daring juga tidak semudah yang dibayangkan. Sumber anonim Kontan.co.id ini bertutur, pihak vendor yang biasanya memasok barang ke toko miliknya juga melakukan penjualan secara daring dengan harga yang lebih murah.
“Ya kita aja dapat barangnya dari dia, gimana caranya coba kita bisa kasih harga yang lebih murah,” tutur pemilik toko yang sudah bertahun-tahun menyewa toko di PGC itu.
Dengan adanya kesukaran-kesukaran tersebut, sumber anonim Kontan.co.id ini berharap pemerintah bisa meringankan beban pemilik toko dengan misalnya memberi subsidi gaji untuk pegawai toko ataupun memberi keringanan-keringanan lainnya.
Selanjutnya: Stimulus membludak, dunia usaha butuh dorongan permintaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News