kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Racik strategi agar tetap kompetitif di bisnis air minum


Selasa, 23 Oktober 2018 / 18:09 WIB
Racik strategi agar tetap kompetitif di bisnis air minum
ILUSTRASI. Bongkar Muat air Minum Dalam Kemasan (AMDK)


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak mudah untuk langgeng berbisnis di sektor minuman. Baru-baru ini saja, beberapa produsen minuman tersangkut Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang menjerumuskan bisnisnya pada kepailitan.

Sebut saja, perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) merek Viro, PT Tirta Amarta Bottling Company dipaksa untuk restrukturisasi utang melalui PKPU tersebut. Tirta Amarta sebelumnya juga telah bermasalah lantaran melakukan penyelewengan kredit yang diberikan PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI). Dari catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), total kerugian akibat penyelewengan ini senilai Rp 1,83 triliun.

Rachmat Hidayat, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) menanggapi tampaknya ada urusan internal perusahaan tersebut yang menyebabkan usahanya dituntut. Bagi Rachmat, kompetisi di bisnis air minum ini sangat ketat ditengah banyaknya pemain sehingga menuntut produsen harus pandai-pandai dalam mengatur strategi.

Lebih lanjut ia mengatakan, barrier to entry dan barrier to exit sektor ini kecil sekali, ditambah kompetisi lebih dari 2.000 merek di Indonesia. "Bisnis ini menjual brand, bukan hanya airnya saja. Bagaimana brand tersebut memenangkan hati konsumen," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/10).

Untuk saat ini, Rachmat mengaku sektor air minum sudah mengalami rebound dengan proyeksi pertumbuhan 9%-10% sampai akhir tahun ini. Dari segi kapasitas produksi nasional sudah meningkat menjadi 29 miliar liter per tahunnya, dimana pada tahun lalu tercatat 27 miliar liter per tahun.

Meski demikian bisnis ini bukan tanpa tantangan, sektor ini menurut asosiasi cukup sensitif dengan regulasi yang nantinya berefek pada jalannya industri seperti. Selain itu, dengan naiknya dolar AS tentu berakibat pada naiknya harga packaging botol minuman.

Untuk itu kata Rachmat, diperlukan efisiensi dan kecermatan mengelola distribusi agar tetap memperoleh margin keuntungan yang baik. "Katakanlah setiap daerah punya brand mereka harus bisa fokus pada distribusi dan logistiknya dulu. Karena produk ini harganya sensitif jika efek efisiensi tidak terasa," sebutnya.



TERBARU

[X]
×